TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Ali mengaku kecewa dengan kasus kekerasan yang dipicu oleh agama di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, yang terjadi Ahad kemarin. Dirinya merasa malu karena, menurut dia, kasus ini tidak akan terjadi jika pemimpin agama bisa mensosialisasikan ajaran agama Islam yang sesungguhnya.
"Seharusnya Menteri Agama mensosialisasikan sejak awal mengenai ajaran Islam yang sebenarnya," ujar Marzuki di kantornya, Senin, 27 Agustus 2012.
Menurut dia, Islam tidak seharusnya menggunakan kekerasan dalam mengatasi permasalahan. Jika sampai ada tindakan melanggar hukum, artinya pemuka agama telah gagal memberikan pengertian kepada umatnya. "Kalau sudah begini, harus pemimpin paling atas yang bisa mengubah keadaan, Menteri Agama."
Menurut Marzuki, beberapa pesantren di Indonesia kemungkinan mengajarkan kekerasan sehingga umatnya menjadi brutal. Namun, di beberapa kasus, tidak sepenuhnya kekerasan terjadi karena adanya perbedaan. Bisa jadi karena ada kepentingan bisnis atau politik antarpemimpin.
"Itu yang juga ditanyakan di Twitter. Kenapa banyak yang menyeret-nyeret nama agama," kata dia. Marzuki melanjutkan, sosok yang paling bisa mempengaruhi masyarakat biasanya adalah pemimpin agama.
"Nah, pemimpinnya ini kadang masuk dunia politik. Dalam konteks dapat dukungan," ujarnya. Marzuki mengatakan sebenarnya sah-sah saja jika pemuka agama berpolitik. Namun ia mengharapkan pemimpin agama bisa tetap berada di jalur independen. "Silakan bangun pesantren, tapi jangan untuk cari dukungan," kata dia.
Ahad kemarin, sepuluh rumah milik warga komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, dibakar oleh sekitar 200 orang dari kelompok anti-Syiah. Selain ada dua korban meninggal, sekitar 10 rumah warga Syiah dibakar.
ELLIZA HAMZAH