TEMPO.CO, Jakarta - Terdepresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia akhir pekan lalu setelah keluarnya pernyataan Ben Bernanke bahwa The Fed siap mengambil langkah lanjutan guna mendukung pertumbuhan dapat memberikan sentimen positif bagi rupiah. Masih terjaganya harapan akan adanya stimulus lanjutan dari bank sentral AS (The Fed) membuat dolar AS terkoreksi terhadap euro, dan imbasnya rupiah dan mata uang reginal lainnya berhasil menguat.
Pengamat pasar uang dari PT Harvest international Futures, Ibrahim menjelaskan, pidato ketua The Fed, Bernanke Jumat lalu di Jackson Hole, Wyoming, akan mempengaruhi kemana arah portofolio investasi investor. Harga saham di bursa Wall Street, minyak mentah dan emas langsung naik merespon pernyataan Bernanke.
Ibrahim memprediksi rupiah sepanjang pekan ini akan berayun antara 9.528 hingga 9.574 per dolar AS. Menguatnya euro mendekati US$ 1,26 dan terapresiasinya mata uang regional membuka ruang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatannya mendekati level 9.500 per dolar AS. Kondisi awal bulan dimana permintaan dolar AS yang akan cenderung berkurang serta sentimen positif dari pidato Bernanke akhir pekan lalu membuat tekanan dolar AS terhadap rupiah akan mereda.
Rilis data inflasi bulan Agustus oleh Badan Pusat Statistik yang akan dijadwlakan hari ini akan menjadi perhatian investor. Inflasi diperkirakan akan cenderung naik karena meningkatnya kebutuhan masyarakat memasuki bulan puasa menyambut hari raya lebaran. “Namun, bila masih tetap terkendali dapat membawa rupiah akan kembali menguat hingga ke level 9.528 per dolar AS,” tuturnya.
Nilai tukar rupiah Jumat lalu berhasil menguat 39 poin (0,41 persen) ke level 9.543 per dolar AS. Namun, secara akumulasi sepekan, rupiah masih mencatat pelemahan 24 poin (0,25 persen) dari pekan sebelumnya di posisi 9.519 per dolar AS.
Menguatnya dolar terhadap mata uang regional imbas dari membaiknya data ekonomi AS yang dirilis dalam dua pekan terakhir serta meningkatnya kebutuhan dolar dari korporasi di pasar domestik guna memenuhi kebutuhan rutin akhir bulan membuat rupiah sempat melemah hingga 9.580 per dolar AS.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR