TEMPO.CO, Sofia - Tak lagi digunakan di Manchester United membuat Dimitar Berbatov berang. Penyerang Bulgaria itu, Senin, 3 September 2012, mengatakan ia muak dengan perlakukan yang diterimanya di saat-saat terakhir bersama MU. Ia juga kehilangan rasa hormatnya pada manajer Setan Merah, Alex Ferguson.
Berba yang pindah ke Fulham saat akhir bursa transfer, Jumat lalu, mengatakan tak seharusnya diabaikan setelah empat tahun menghuni Old Trafford. "Saya lebih dari 10 kali, mungkin 15 kali, bertanya pada pelatih apakah saya dibutuhkan. Setiap kali pula saya dikatakan adalah pemain penting dan seharusnya tidak pergi. Tapi setelah itu tetap saja saya tidak masuk tim,” kata Berbatov di Stadion Vasil Levski, Sofia.
"Mungkin seharusnya saya sudah pergi ketika dia (Ferguson) tak memasukkan nama saya di skuad final Liga Champions (2011). Saya tahu dia bosnya, tapi dia kehilangan rasa hormat saya karena cara dia memperlakukan saya,” tambah dia.
Ia mengatakan Ferguson pernah mengatakan jika MU akan menggunakan gaya yang lebih “langsung” yang membutuhkan kecepatan. Gaya seperti berbeda dengan permainan Berbatov. Menurut dia, meski sudah memberikan banyak gol dan dua gelar Liga Primer bagi MU namun ia tak keberatan menghadapi MU saat berkostum Fulham.
"Tak ada gunanya lagi melihat ke belakang. Saya sudah mengucapkan selamat tinggal bagi yang pantas. Tapi saya tak mengucapkannya untuk Ferguson,” tegas Berba.
Berbatov menjadi pemain termahal United ketika bergabung dari Tottenham Hotspur pada 2008 dengan nilai transfer 30.75 juta pound sterling. Ia kemudian menjadi top skorer Liga Primer pada 2010-2011 dengan 20 goal.
Kepindahan Berba ke Fulham juga cukup mengejutkan. Pasalnya, ia digadang-gadangkan akan pindah ke Seri A Italia dengan Fiorentina atau Juventus. Agen Berbatov, Emil Danchev, mengatakan pihaknya sebenarnya juga menerima tawaran dari Spurs namun sayangnya bursa transfer sudah ditutup. "Tottenham menghubungi kami di saat-saat terakhir," kata Danchev. Ia menyebut ada 12 tim yang menginginkan tanda tangan striker tersebut.
REUTERS | SOCCERNET | RAJU FEBRIAN