TEMPO.CO, London - Pemerintah Mesir menuding Inggris sengaja menyembunyikan aset milik bekas Presiden Husni Mubarak. Sejumlah properti dan kekayaan yang diduga milik Mubarak masih bergerak, terutama beberapa perusahaan. "Inggris adalah salah satu negara terburuk dalam pelacakan dan pembekuan aset Mesir," kata Menteri Hukum Mohamed Mahsoub.
Penelusuran BBC menemukan sejumlah perusahaan milik keluarga Mubarak dan tangan kanannya masih berjalan. Misalnya, sebuah perusahaan Naglaa al-Ghazaerly, istri bekas Menteri Perumahan Mesir, bisa mendaftarkan perusahaan itu atas namanya. Meski pendaftaran dilakukan tujuh bulan setelah perintah pembekuan.
Namun Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan kepada parlemen telah melaksanakan semua permintaan pemerintah Mesir. Inggris merupakan salah satu negara yang menjadi sarang penyimpanan kekayaan hasil korupsi. Menurut Hague, sekitar US$ 135 juta kekayaan Mubarak, istrinya, anaknya, dan 15 pejabat lainnya telah dibekukan.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Inggris, Allstair Burt, mengatakan tidak mudah untuk mengusut dan membekukan aset kekayaan. "Untuk bisa membekukan, harus ada bukti kuat kriminal," katanya.
Ia menyebutkan pembekuan itu membutuhkan proses dan waktu yang tidak cepat. "Kami memahami keinginan pemerintah Mesir yang ingin segera mengalihkan aset Mubarak," ujarnya.
Selain Inggris, Swiss juga menjadi lokasi pencucian uang Mubarak. Jaksa Swiss, Michael Lauber, mengatakan telah menerjunkan 20 penyidik untuk menelusuri aset Mesir. Jumlah kekayaan yang sudah dibekukan US$ 270 juta pada Februari tahun lalu, kini telah meningkat menjadi US$ 470 juta.
BBC| EKO ARI
Berita lain:
Kekasih Saif Gaddafi Minta Tolong Tony Blair
Pentagon ''Gertak'' Penulis Buku Opreasi Bin Laden
Serangan Jet tanpa Awak Amerika di Yaman, 8 Tewas
Israel Evakuasi Warga di Daerah Pendudukan Migron
Mantan Marinir Umbar Tembakan di Supermarket