TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya dolar terhadap mata uang utama dunia di saat pasar finansial Amerika Serikat (AS) libur tidak mampu dimanfaatkan oleh rupiah untuk menguat lebih jauh. Penguatan rupiah akhirnya tertahan dan kembali berbalik melemah mendekati level 9.600 per dolar AS.
Menguatnya mata uang utama dunia, seperti euro dan pound sterling, saat ini justru membuat rupiah melemah seiring terdepresiasinya dolar AS. Menguatnya euro dan mata uang Eropa lainnya itu membuat rupiah melemah terhadap mata uang Eropa (di transaksi crossing). Terdepresiasinya dolar AS kini berkolerasi terhadap pelemahan rupiah.
Di transaksi hari ini, nilai tukar rupiah kembali melemah 53 poin (0,56 persen) ke level 9.588 per dolar AS. Melemahnya sebagian mata uang Asia karena imbas pelemahan tren dolar Australia kembali mengganjal apresiasi rupiah.
Pengamat pasar uang dari PT Monex Investindo Futures, Apelles R.T. Kawengian, menjelaskan, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia masih membebani penguatan mata uang lokal. Karena pasar melihat, dengan terjadinya defisit transaksi mengindikasikan Indonesia juga mengalami perlambatan.
“Selain itu, dengan menurunnya ekspor karena melambatnya permintaan global akan membuat pasokan dolar AS di pasar domestik. Sedangkan permintaan mata uang Amerika cenderung meningkat seiring tumbuhnya impor,” kata Apelles.
Dari sisi fundamental, rupiah masih bagus meskipun inflasi bulan Agustus yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik mencapai 0,95 persen, melebihi perkiraan analis, namun masih terkendali. Suku bunga acuan BI Rate masih berada di level 5,75 persen dan masih cukup kompetitif.
Pelemahan rupiah juga terimbas oleh melambatnya data manufaktur Cina yang akan berpengaruh ke negara Asia lainnya. Stimulus lanjutan dari Bank Sentral AS (The Fed) yang masih berupa wacana membuat mata uang regional cenderung melemah terhadap dolar AS.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita terpopuler lainnya:
Oktober, Tiket dan Pajak Bandara Mulai Disatukan
Standard Chartered Dukung Larangan KTA Jadi DP KPR
KAI Tingkatkan Kapasitas Angkut
Pertamax Naik, Warga Kembali Beli Premium
Impor Barang Konsumsi di Jatim Melonjak 48 Persen
Pemilik Sertifikat Legalitas Kayu Minta Insentif
5 Tahun Lagi, Jakarta Punya MRT
Rupiah Melemah ke 9.575 per Dolar AS
Indeks Manufaktur Indonesia, Merangkak Naik
Hingga Juli, Penyaluran Kredit UMKM Baru 33 Persen