TEMPO.CO, Malang - Lucky Adrianda Zainal alias Lucky Acub Zainal tergolek sakit sejak awal Lebaran. Kesehatan pendiri Arema Malang (kini Arema Indonesia) ini terus merosot sejak diketahui menderita Hepatitis C pada 2004.
“Apa kabarmu? Sehat? Aku minta maaf, minal aidin wal faidzin,” ujar Lucky kepada Tempo saat Tempo menjenguk di rumahnya pada Senin malam, 3 September 2012.
Banyak penjenguk yang datang, dari wartawan sampai Aremania. Tamu datang silih berganti. Namun tak semua penjenguk bisa mendekati Lucky di ranjang. Sebagian cukup melihat dari balik kaca kamarnya. Beberapa tamu sempat membaca ayat suci Al-Quran di sisi ranjang.
Lucky nyaris tak bisa menggerakkan tangan. Suaranya sangat lemah sehingga tiap pengunjung harus mendekatkan telinga ke mulut Lucky. Dalam kondisi demikian, Lucky tetap berusaha mengajak tamu untuk berkomunikasi. Namun, tamu tak bisa berlama-lama agar Lucky bisa beristirahat. Saat masih sehat, Lucky selalu bersikap hangat dan terbuka kepada siapa saja.
Hepatitis C membuat kesehatan tubuhnya terus menurun sampai badannya makin kurus. Bahkan, pada 2006 Lucky mengalami kebutaan. Penyakit gawat ini diduga sebagai dampak dari kecanduan narkoba selama 20 tahun. Pria kelahiran Malang, 9 Desember 1960 ini berjuang untuk sembuh mulai 1998 dan positif dinyatakan bersih pada 2000.
Menurut Noor Ramadhan, kesehatan Lucky merosot diduga karena kecapekan. Lucky sekeluarga menerima banyak tamu sejak awal Lebaran. Tamunya antara lain sejumlah bekas pemain Arema, seperti Aji Santoso (pelatih tim nasional U-22), Joko Susilo, Dwi Sasmianto, dan Kuncoro.
“Rabu minggu lalu Mas Lucky jatuh di dalam rumah saat berjalan. Sejak itu kesehatannya menurun dan harus beristirahat total,” kata Noor, bekas juru bicara Arema Indonesia versi Liga Prima Indonesia.
Novi Zainal, sang istri, memberitahu sejak bebas dari narkoba, Lucky sering mengeluhkan organ tubuh bagian dalamnya terasa sakit. Lucky berobat ke sejumlah rumah sakit, bahkan sampai berobat ke Singapura. Namun, Rumah Sakit Islam Unisma menjadi rumah sakit paling disuka Lucky karena hawanya sejuk karena ada taman.
“Selain itu,” kata Novi, “Mas Lucky suka di RSI Unisma karena jam besuknya bebas. Mas Lucky, kan, pantang menolak tamu, kecuali atas perintah dokter.”
Derita sakit yang ditanggung Lucky kali ini yang terberat dari semua pengalaman sakit dan harus beristirahat total. Namun, selama terbaring di ranjang, Lucky menolak dibawa ke rumah sakit. Padahal, biasanya, tiap ada keluhan sakit, Lucky meminta dibawa ke rumah sakit.
Novi menduga Lucky menolak dibawa ke rumah sakit karena dokter pribadinya, Gatot Ismanoe, sedang berada di Austria. Dokter spesialis penyakit dalam (internist) senior ini dinilai paling mengetahui dan memahami penyakit Lucky. Selama dokter Gatot belum pulang ke Indonesia, Novi mendatangkan dokter ke rumahnya.
ABDI PURMONO
Berita terpopuler lainnya:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
Andik Vermansyah Pindah Ke Liga Utama Amerika
Polisi Tahan Kuasa Hukum John Kei
Jarak Tempuh Sepeda Motor Bakal Dibatasi
Panwaslu: Iklan Televisi Jokowi Masuk Pelanggaran
Jangan Katakan Kalimat Ini ke Anak Anda
Doberman Ikut Jaga Hillary Clinton di Jakarta
Scientology Seleksi Calon Istri Tom Cruise
Calo Penerimaan Pegawai Negeri Diungkap
Begini "Hotel" di Pesawat Boeing 747 Aeroloft