TEMPO.CO, Damaskus - Pemberontak Suriah mengumumkan telah membentuk Dewan Revolusi Militer di pusat Kota Homs. Demikian pengumuman seorang anggota Tentara Pembebasan Suriah berpangkat kolonel, Fatih Fahd Hasoon, yang diunggah melalui situs YouTube.
Dalam siaran video tersebut, Kolonel Fatih Fahd Hasoon sekaligus mengumumkan susunan Dewan yang dia katakan akan dapat mempersatukan seluruh brigade FSA di Suriah.
Kolonel Hasson bersumpah bahwa Dewan yang berada di Homs akan sanggup membebaskan Suriah dari geng-geng brutal rezim al-Assad dan menyatakan dirinya sebagai pemimpin baru Dewan.
Agustus lalu, pasukan oposisi Suriah di sebelah utara Provinsi Aleppo juga mendeklarasikan formasi Dewan Transisi Revolusi sebagai payung untuk seluruh kelompok oposisi yang bertempur guna menjatuhkan rezim Assad.
Sejumlah pasukan oposisi Suriah justru tidak senang dengan adanya kelompok-kelompok ini. Mereka mengkritik munculnya berbagai kelompok yang terpisah dan meminta mereka bersatu sebagaimana yang diharapkan Barat demi persiapan mengisi kekosongan pemerintahan Bashar al-Assad bila kolaps.
Di pihak lain diperoleh informasi, pasukan Suriah membuldoser rumah-rumah di sebelah barat Damaskus. Aksi ini oleh para aktivis dianggap sebagai bentuk "hukuman kolektif" terhadap kelompok Suni anti-rezim yang tinggal di kawasan tersebut. Aksi buldoser ini didukung oleh pasukan tempur yang menghancurkan gedung-gedung di distrik miskin Tawahin, dekat jalan bebas hambatan Damaskus-Beirut.
"Kami butuh intervensi kemanusiaan dan perlu intervensi militer guna menghentikan pembunuhan warga sipil Suriah," kata pemimpin Dewan Nasional Suriah, Abdel Basset Sayda, seusai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia-Margallo.
"Saya punya tugas meminta senjata untuk mempertahankan diri kami melawan pasukan bersenjata Suriah yang membunuhi seluruh warga sipil di sepanjang waktu," katanya dalam sebuah acara jumpa pers bersama.
Sayda mengatakan konflik Suriah sekarang ini telah menewaskan 30 ribu orang dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumahnya, termasuk kurang-lebih 3 juta warga Suriah mengungsi serta 250 ribu lainnya meninggalkan negara. Sedangkan 100 ribu lainnya ditahan.
"Setiap hari kami menerima kabar puluhan orang mati sebagai martir dan ratusan lainnya cedera serta hilang," katanya dalam bahasa Arab kepada para wartawan melalui penerjemah. "Saat ini, kami membutuhkan aksi cepat komunitas internasional untuk menghentikannya."
Oposisi Suriah yakin Uni Eropa dapat membujuk Rusia selaku sekutu dekat rezim Assad untuk mengubah sikapnya di Dewan Keamanan PBB, kata Sayda.
AL ARABIYA NEWS | CHOIRUL
Terpopuler:
Begini "Hotel" di Pesawat Boeing 747 Aeroloft
Pelecehan Seksual Jadi ''Epidemi'' di Mesir
Skandal Kecelakaan Ferrari Guncang Cina
Kekasih Saif Gaddafi Minta Tolong Tony Blair
Biksu Myanmar Dukung Pengusiran Warga Rohingya
Pentagon ''Gertak'' Penulis Buku Opreasi Bin Laden
Protes Toko Hitler di India
Israel Evakuasi Warga di Daerah Pendudukan Migron
Inggris Dituding Menyembunyikan Aset Mubarak
Serangan Jet tanpa Awak Amerika di Yaman, 8 Tewas