TEMPO.CO, Hong Kong - Ribuan pengunjuk rasa mendatangi kantor pemerintah Hong Kong pada Senin, memprotes rencana untuk memperkenalkan kurikulum pro-Cina di sekolah-sekolah bekas koloni Inggris ini. Mereka menyebut kurikulum ini sebagai upaya untuk mencuci otak para siswa.
Nyanyian "Tidak untuk pendidikan cuci otak. Tarik pendidikan nasional" mengalun saat sekitar 8.000 orang mengecam buklet berjudul The China Model yang diterbitkan pemerintah. Buklet yang dimasukkan dalam kurikulum ini disebut-sebut mengagung-agungkan Partai Komunis dan menutupi aspek brutal dan kontroversi politik.
Seorang pemogok makan ditandu dalam aksi ini. Ia, yang telah 40 jam dalam kondisi tanpa makan dan minum, bertekad meneruskan aksinya sampai tuntutan mereka dipenuhi.
Protes merupakan tantangan bagi pemerintah baru Hong Kong yang pro-Beijing, Leung Chun-ying, yang mulai menjabat pada bulan Juli. Ia disorot menyangkut kebijakan yang secara sosial dan ekonomi makin akrab dengan Cina daratan.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Cina berada pada rekor tinggi setelah 15 tahun Inggris mengembalikannya pada pemerintah Cina tahun 1997. Banyak warga takut campur tangan Beijing melanggar kebebasan dan mulai masuk ke urusan politik.
Baca Juga:
Namun meski demonstrasi gencar dilakukan, para pejabat belum akan menarik buklet pro-Cina dari sekolah dasar dan menengah. Mereka berdalih buklet itu bertujuan untuk menanamkan rasa kebanggaan nasional yang lebih besar.
"Yang penting adalah untuk memastikan bahwa keprihatinan publik atau orang tua dan siswa tentang cuci otak tidak akan terjadi," kata orang nomor dua dalam pemerintahan Hong Kong, Carrie Lam. "Tapi itu hanya akan dapat dicapai oleh komunikasi yang lebih antara berbagai pemangku kepentingan dan dengan menempatkan kepercayaan di sekolah."
Hong Kong pejabat mengatakan sekolah dapat mengadopsi kurikulum secara sukarela dengan skema tidak menjadi wajib sampai 2015.
TELEGRAPH | TRIP B