TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, dan Sekretaris Jenderal, Edhie Baskoro Yudhoyono, ogah mengomentari transaksi mencurigakan Mirwan Amir. Kedua petinggi partai berlambang Mercedes itu tak menghiraukan pertanyaan wartawan soal Mirwan. "Terima kasih ya," kata Anas saat ditemui di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu, 5 September 2012.
Sebelum pertanyaan soal Mirwan diajukan, Anas bercerita panjang lebar soal kesuksesan Demokrat menjaring legislator berkualitas. Ia menilai kualitas wakil rakyat dari Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat saat ini berkualitas baik. "Karena itu, kita berusaha meningkatkannya pada pemilu mendatang," ujar Anas yang jalan beriringan dengan Edhi Baskoro alias Ibas.
Ketika ditanya soal Mirwan, Anas dan Ibas terus menengadah ke kamera televisi yang tengah menyorot mereka dari jarak dekat. Meskipun pertanyaan berkali-kali diajukan, Anas dan Ibas tetap enggan menjawab.
Namun, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Demokrat Bidang Komunikasi Publik, Andi Nurpati, mengatakan partainya akan memberhentikan Mirwan jika ia ditetapkan sebagai tersangka. "Tentu jika status hukumnya sudah naik ke penyidikan akan kami berhentikan," ujarnya.
Ruhut Sitompul bicara lebih tegas. Ia meminta Mirwan mengajukan permohonan pengunduran diri seandainya status hukumnya naik menjadi tersangka. "Kalau hanya diberhentikan, dia masih jadi anggota DPR. Masih dapat gaji dia," ujarnya.
Nama Mirwan disebut-sebut termasuk sebagai anggota Dewan yang memiliki transaksi mencurigakan berdasarkan laporan Pusat dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Laporan tersebut telah diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Data PPATK menyebut adanya belasan aliran dana dari Dina Kusmawaty. Jika ditotal besar aliran dana mencapai Rp 3 miliar. Mirwan sendiri mengakui semua aliran tersebut. "Semuanya murni bisnis," katanya.
ANANDA BADUDU