TEMPO.CO, Jakarta - Investor diminta berhati-hati untuk mengoleksi saham dari sejumlah emiten grup Bakrie.
Analis dari PT Batavia Prosperindo Sekuritas, Julio Parningotan, menyarankan agar investor menghindari saham-saham grup Bakrie untuk sementara waktu, menyusul turunnya saham emiten-emiten grup Bakrie beberapa hari terakhir. “Disarankan untuk menjauhi saham grup Bakrie, terutama untuk saham Bumi Resources (BUMI) yang terperosok sangat dalam sejak Juni lalu.”
Ia mengambil contoh saham BUMI yang pada Mei lalu masih dijual di atas kisaran Rp 2.000 per lembar, namun hari ini ditransaksikan di Rp 670 per lembar.
Menurut Julio, faktor global menurunnya harga komoditas, ditambah laporan keuangan yang buruk, serta besarnya utang yang harus dibayar telah membuat BUMI terpuruk. “Namun, investor masih bisa melakukan transaksi jangka pendek, dengan catatan cermat dan berhati-hati agar tidak rugi,” kata dia.
Selain itu, saham-saham grup Bakrie lain yang kecenderungannya menunjukkan potensi melemah antara lain Bakrie and Brothers (BNBR), Bakrie Sumatera Plantation (UNSP), Bakrieland Development (ELTY), serta Bakrie Telecom (BTEL).
Menurut Julio, buruknya laporan keuangan BUMI serta di-suspend-nya saham BTEL dalam perdagangan, Selasa, 4 September 2012, berpengaruh negatif terhadap emiten Bakrie lainnya. “Ada semacam sentimen bahwa investor takut memegang saham grup Bakrie.”
Investor yang sudah terlanjur memiliki saham BUMI sebaiknya menunggu saat yang tepat untuk menjual sahamnya. Namun, bagi yang ingin membeli saham BUMI secara jangka pendek sebaiknya ditunda sampai harganya turun ke dasar.
Ia menyarankan agar investor beralih ke saham-saham sektor konsumer dan infrastruktur yang kecenderungannya naik belakangan ini. “Berbeda dengan BUMI atau BMNR yang terpengaruh pada komoditas internasional, sektor konsumer dan infrastruktur cenderung defensif terhadap ekonomi global,” kata Julio.
M AZHAR