TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Suswono mengatakan pemerintah hanya akan memberikan insentif berupa dana kompensasi bagi petani yang lahannya terkena puso alias gagal panen, tidak termasuk lahan yang terkena kekeringan. "Kekeringan belum berarti puso," ujarnya, Rabu, 5 September 2012.
Lahan yang mengalami puso tahun ini diperkirakan seluas 2.000 hektare. Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 199 miliar. Rencananya, setiap lahan puso akan mendapatkan kompensasi sebesar Rp 3,7 juta per hektare. Jumlah itu terdiri atas Rp 2,6 juta untuk biaya pengolahan lahan dan Rp 1,1 juta untuk bantuan pupuk.
Pencairan anggaran akan didasarkan atas usulan dari Dinas Pertanian masing-masing kabupaten. Alurnya, dinas mengusulkan ke pemerintah provinsi. Setelah dilakukan verifikasi data, pemerintah provinsi akan mengusulkan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, terkait luasan lahan yang terserang puso. Kemudian, Direktur Jenderal Tanaman Pangan akan mengeluarkan surat keputusan penggantian lahan puso.
Surat keputusan tersebut diserahkan kepada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian untuk mencairkan anggaran dan mengirimkannya ke rekening kelompok petani. "Kalau data benar dan proses verifikasi dari provinsi cepat, maka tidak akan lama langsung dikirim. Kemarin, baru ada Banten yang mengusulkan," kata dia.
Menurut Suswono, verifikasi diperlukan untuk menekan kemungkinan penyalahgunaan anggaran. Potensi penyalahgunaan anggaran juga semakin kecil dengan proses transfer langsung dana dari pemerintah pusat ke kelompok petani. "Dengan ditransfer langsung jelas tidak akan ada pungutan-pungutan lain," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, lahan yang kekeringan pada bulan Oktober 2011-Maret 2012 seluas 22.865 hektare. Lahan yang mengalami puso 3.624 hektare dari luas tanam seluas 8.489.391 hektare. Jadi, persentase lahan yang terkena kekeringan adalah 0,27 persen dan yang puso adalah 0,04 persen dari luas tanam. Jumlah ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Oktober 2010-Maret 2011 yang luas kekeringannya mencapai 21.711 hektare dengan jumlah luas yang puso 1.416 hektare.
Pada musim kemarau (MK) April-Juli 2012, kekeringan terjadi pada tanaman padi seluas 70.009 hektare dan luas lahan yang puso seluas 1.508 hektare dari luas tanan 3.512.953 hektare. Sehingga persentase untuk luas lahan yang terkena kekeringan adalah 1,99 persen dan yang puso itu 0,04 persen dari luas tanam. Luas tersebut lebih rendah bila dibandingkan MK 2011 yang luasnya 83.011 hektare dengan jumlah yang puso 7.671 hektare. Sedangkan lahan kekeringan padi hingga 23 Agustus 2012 tercatat sebesar 82.742 hektare dengan jumlah puso 1.573 hektare.
Untuk mengatasi kekeringan lahan padi, Suswono menambahkan, diatasi dengan pompa di daerah-daerah yang masih berpotensi memiliki sumber air, baik air tanah maupun sungai. Di Subang misalnya, ada potensi air sungai. Masalahnya, pengadaan dalam waktu dekat dan jumlah besar butuh waktu.
ROSALINA