TEMPO.CO, Jakarta - "Kenapa ada ibu-ibu, anak-anak, dan para orang tua dalam aksi ini," teriak Pengacara Publik dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Sidik Bantara dalam aksi peringatan kematian 8 tahun Munir di depan Istana Merdeka, Jumat, 7 September 2012.
Seruan Sidik itu mengacu pada Sahabat Munir yang hadir di Istana dan Kejaksaan Agung. Menurut pria yang hari ini mengenakan kaos merah bertuliskan Munir itu, para Sahabat Munir adalah golongan yang dibela pria asal Malang itu. "Mereka korban penggusuran, buruh dan orang-orang yang hak asasinya dirampas," kata Sidik.
Delapan tahun berlalu dari kematian pegiat hak asasi manusia ini, tapi pelaku utamanya justru bebas. "Kalau Munir yang dikenal seluruh dunia saja mudah dilenyapkan, bagaimana dengan kita," ujar Sidik.
Maka di depan Istana, tempat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bekerja, para Sahabat Munir, ingin menagih janji penuntasan kematian pria yang diracun arsenik ini.
Presiden SBY sempat berujar bahwa kasus Munir adalah test of our history. Tapi sewindu berjalan, sejarah itu belum jua tuntas. "Kami harap tidak ada lagi peringatan sembilan tahun, tahun ini adalah penyelesaian terakhir," kata Sidik.
Mereka mendesak Kejaksaan Agung segera mengajukan Peninjauan Kembali atas bebasnya bekas Deputi V Bidang Penggalangan Badan Intelijen Negara (BIN), Muchdi Purwoprandjono.
Muchdi adalah sosok yang selama ini disebut sebagai otak pembunuhan suami Suciwati itu mendapat putusan bebas dari hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Desember 2008. Politikus Partai Persatuan Pembangunan ini beralibi sedang berada di Malaysia saat Munir meninggal.
Maka satu-satunya jalan untuk menuntaskan keadilan kasus Munir adalah Peninjauan Kembali dari Kejaksaan Agung. Karena korps Adhyaksa belum jua tergerak untuk Peninjauan Kembali, peringatan Munir mengambil tempat pertama di Kejaksaan sebelum ke Istana. "Ini bukan hari terakhir kita datang ke sini, kita akan datangi Kejaksaan lagi sampai kasus Munir tuntas," ujar Astri di Kejaksaan.
Masih di Kejaksaan Agung, Pendiri Institut Kebajikan Publik Usman Hamid mengungkapkan kekecewaannya terhadap Jaksa Agung Basrief Arief. "Jaksa sekarang hanya peduli apa yang disenangi Presiden," ujar dia. Ia mengenang Jaksa Agung R. Soeprapto yang dikenal tegas dan tak pandang bulu. "Kami rindu Jaksa seperti ini," ujar dia.
DIANING SARI
Berita lain:
Munir, Inspirasi Pejuang Buruh
Kemauan SBY Tuntaskan Kasus Munir Diragukan
Kejaksaan Agung Diminta Lakukan PK Kasus Munir
Suciwati Bikin Galeri Perjuangan Munir
Munir dan Perempatan Jalan yang Diblok