TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai aktivis, Munir jago orasi kala berdemonstrasi di jalan. Ia berani mengkritik pemerintah dan militer dengan lantang. Tapi, bicara soal perasaan, ternyata pejuang hak asasi manusia ini sangat berhati-hati.
Adalah Suciwati yang menceritakan kisah cinta mereka. Menurut Suci, awal kedekatan mereka hingga akhirnya berpacaran dan memutuskan menikah melalui proses yang panjang. Kisah lucu saat almarhum Munir mulai serius dan hendak menyatakan perasaannya pun masih dikenangnya.
"Dia menjajaki dan memancing pendapat saya tentang arti cinta pertama," ujar Suci mengenang saat bercerita kepada Tempo, Kamis, 6 September 2012. Dengan santai, Suci menjawab bahwa cinta itu adalah proses yang tidak langsung jadi begitu saja.
Tak berhenti di situ, Munir bertanya lagi. Ia menanyakan pendapat Suci jika ada seorang lelaki memberikan perhatian kepadanya dengan mengajak makan dan nonton bareng. "Menurutmu, orang itu pacar atau bukan?" ujarnya meniru kalimat Munir saat itu.
"Saya bilang enggaklah, buat saya, orang baik dan perhatian enggak bisa dibilang pacar. Selama dia tidak pernah menyatakan, ya bukan," kata dia.
Beberapa waktu berselang, mereka bertemu lagi dalam sebuah acara diskusi tentang buruh di Malang, Jawa Timur. Seusai acara, seperti biasa, mereka berboncengan untuk mencari tempat makan. Saat itulah Munir menyatakan perasaannya kepada Suciwati.
"Ngomongnya di mana coba? Di atas motor. Seharusnya ya motornya berhenti dulu terus dia ngomong," ujarnya tertawa lepas. Yang menarik, Munir minta Suci tidak langsung memberi jawaban saat itu juga. Ia meminta waktu seminggu dan berjanji akan datang lagi ke Malang untuk menegaskan pernyataannya itu. "Dia bilang mau salat dulu. Dahsyat enggak, sih? Satu minggu kemudian, dia datang lagi dan bilang sudah salat dan memang yakin atas perasaannya," kata Suci.
Suci menerima pernyataan cinta Munir, tapi dengan syarat. Ia menegaskan, hubungan keduanya tak boleh mengganggu pekerjaan mereka sebagai aktivis dalam mengadvokasi dan memperjuangkan hak-hak buruh Surabaya saat itu. "Kami sepakat, dalam pekerjaan harus tetap profesional," kata dia.
Akhirnya, meski menjalani pacaran "putus-nyambung" selama empat tahun, ternyata jodoh tetap menyatukan mereka berdua. Munir dan Suciwati menikah tahun 1996 dan dikaruniai dua anak: Alif Allende dan Diva Suukyi.
Sayangnya, delapan tahun lalu, Munir dipanggil Yang Kuasa lebih dulu. Ia tewas diracun ketika menumpang pesawat Garuda Indonesia pada 7 September 2004. Kala itu, usia Munir 38 tahun dan menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial. Pembunuh Munir, pilot Garuda bernama Pollycarpus Budihari Priyanto, dihukum 20 tahun penjara. Tapi dalang utama pembunuhan Munir sampai sekarang belum dihukum.
MUNAWWAROH
Berita Terpopuler:
Wanita Teman Telanjang Pangeran Harry Ditahan
Ribuan Pendukung Hartati Kepung KPK
Cari Donasi demi Tonton Eksekusi Pemerkosa Anaknya
40 Jenis Mobil Akan Dilarang Minum BBM Bersubsidi
Keputusan Arsenal Jual Van Persie-Song, Disesali
Sejumlah Tokoh Siapkan Mahfud MD Jadi Capres
Zulkarnaen Minta Sebutan Korupsi Al Quran Direvisi
Mau Sehat, Jangan Makan Camilan Ini
Tes Mamografi Malah Menyebabkan Kanker
Blatter: Ronaldo Jenderal, Messi Pesulap