Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wawancara Suciwati Mengenang Munir

image-gnews
Suciwati. TEMPO/ Fransiskus S.
Suciwati. TEMPO/ Fransiskus S.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - "Tidak dulu saja, sampai sekarang pun Munir masih tetap di hati saya," kata Suciwati, istri mendiang aktivis HAM Munir. Delapan tahun sudah Munir meninggalkan keluarganya. Dia tewas dibunuh di atas pesawat Garuda yang membawanya ke Amsterdam pada 7 September 2004. Pembunuhnya, seorang pilot: Pollycarpus Budihari Priyanto, memang dihukum 20 tahun penjara. Tapi dalang utama pembunuhan tokoh demokrasi dan HAM ini masih misterius hingga sekarang.

Sosok yang paling kehilangan Munir tentu Suciwati dan dua anak Munir: Alif Allende dan Diva Suukyi. Ketika ditemui Tempo, Kamis lalu, 6 September 2012, Suci dengan fasih menceritakan perjumpaan pertamanya dengan Munir dan lika-liku kisah asmara mereka yang unik. Berikut ini petikannya:

Kapan Anda pertama kali kenal Munir?
Saya pertama kali bertemu dia pada sebuah diskusi di Malang sekitar 1991. Aku punya kelompok buruh di Malang yang sering melakukan diskusi. Saat itu, Munir masih sukarelawan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya Pos Malang. Kebetulan dia di bagian divisi advokasi buruh.

Apa kesan pertama Anda tentang sosok Munir?
Biasa saja. Awalnya, buat saya, tidak ada bedanya. Tapi, belakangan, saya tahu bahwa interaksi dia dengan teman-teman buruh itu luar biasa. Jauh lebih dalam dibandingkan advokat yang lain. Itu terlihat dari bagaimana dia bekerja, bertemu dengan orang-orang, tak hanya buruh. Saya lihat orang ini punya komitmen dan konsisten terhadap perkataan dan perbuatannya sendiri.

Bagaimana proses awalnya sehingga Anda lalu bisa menjadi lebih dekat dengan Munir?
Sejak awal itu, aku sama dia berteman. Aku tinggal di Malang, dia di Surabaya. Sebulan sekali dia datang, kalau jadi narasumber di Malang. Atau jika ada acara diskusi, kami ketemu lalu makan bareng. Awalnya, saya melihat dia lebih sebagai teman bareng saja. Yang membedakan, dia kemudian menyatakan perasaannya pada saya.

Bagaimana cara "nembak" gaya Munir?
Antik memang dia waktu itu (Suciwati tertawa--). Ketika dia mau menyatakan perasaan, dia menjajaki saya dulu. Dia memancing pendapat saya tentang arti cinta pertama. "Menurutmu, cinta pertama itu ada enggak sih?" Karena saya kan orangnya logic banget, saya bilang cinta itu proses, bukan melihat terus jadi. Tidak ada dari mata turun ke hati, itu kan ABG banget.

Terus dia bertanya lagi. "Kalau kamu diperhatikan seorang laki-laki, diajak nonton, diajak makan bareng, intinya diperhatikan. Menurutmu, orang itu pacar atau bukan?" Saya bilang enggaklah. Buat saya, orang baik dan perhatian enggak bisa dibilang pacar. Kok mudah sekali jadi pacar? Selama dia tidak pernah menyatakan perasaannya, ya bukan pacar.

Ini soal perasaan, keterusterangan, saya bilang pada dia. Apakah kamu punya niat khusus atau tidak, itu harus diucapkan. Tidak hanya simbol, karena kadang simbol bisa menyesatkan. Kadang penting bagi saya untuk itu jelas, caranya ya dengan ucapan, pernyataan. Perbuatan penting, tapi ucapan juga penting. Tentu lebih baik ada ucapan dan perbuatan, itu baru keren.

Lalu, kapan akhirnya dia menyatakan perasaannya?
Ngomongnya dia di mana coba? Di atas motor! Maksudnya ya kami berhenti dulu dan dia lalu ngomong (Suciwati tertawa lepas, meski agak tersipu--). Waktu itu, kami ketemu di sebuah diskusi buruh dan dalam perjalanan cari makan. Dia berhenti dan ngomong. Tapi sesudahnya dia bilang, 'Jangan jawab dulu, ya'.

Lucunya, setelah sampai di tempat makan, dia bilang jangan jawab dulu. Dia malah minta waktu satu minggu untuk datang lagi. Saya tanya kenapa? Dia bilang mau salat dulu. Dahsyat enggak, sih? Satu minggu kemudian dia datang lagi dan bilang sudah salat. Dia bilang sudah yakin atas perasaannya terhadap saya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Langsung dibalas iya?
Saya bilang ke dia: sebetulnya saya mau bilang tidak atas pernyataan cintanya itu. Tapi saya juga tidak bisa bilang tidak karena saya juga punya perasaan yang sama. Masalahnya, kami sedang melakukan advokasi buruh. Biasanya, kalau kami punya perasaan secara pribadi, itu akan membuat apa yang kita lakukan jadi rancu. Aku takut ketika kami jadian, lalu tiba-tiba berantem, maka semua advokasi yang kami bangun rusak. Itu kan tidak profesional.

Akhirnya, aku bilang sama dia: ini sebuah komitmen yang harus dibangun berdua. Kami sepakat, kalaupun nanti, misalnya, kita tidak jadi secara khusus, kami berdua harus tetap profesional. Ya, sudah kami jalani, dan komitmen itu ternyata bisa kami jalankan.

Pacarannya "mulus"?
Ada juga putus-nyambung. Sesekali karena terasa berbeda, oke kita kasih jeda waktu. Kemudian jalan lagi. Pada satu titik, kami merasa pas. Meskipun pada waktu itu dia ingin segera (menikah) karena sebenarnya tidak ada konsep pacaran di adat keluarganya.

Berapa lama Anda pacaran?
Dia nyatakan perasaannya pada November 1992, dan kami menikah pada 1996.

Apakah Munir berubah setelah menikah? Jadi lebih romantis?
Ya, dia jadi jauh lebih romantis sesudah kami menikah. Bukan memberi hadiah atau apa pun, tapi yang lain. Misalnya, setiap bangun tidur, dia selalu bilang i love you.

Sampai Anda punya dua anak, kebiasaan itu terus dia lakukan?
Begitulah…

MUNAWWAROH

Berita Terpopuler:
Wanita Teman Telanjang Pangeran Harry Ditahan

Ribuan Pendukung Hartati Kepung KPK

Cari Donasi demi Tonton Eksekusi Pemerkosa Anaknya

40 Jenis Mobil Akan Dilarang Minum BBM Bersubsidi

Keputusan Arsenal Jual Van Persie-Song, Disesali

Sejumlah Tokoh Siapkan Mahfud MD Jadi Capres

Zulkarnaen Minta Sebutan Korupsi Al Quran Direvisi

Mau Sehat, Jangan Makan Camilan Ini

Tes Mamografi Malah Menyebabkan Kanker

Blatter: Ronaldo Jenderal, Messi Pesulap

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Istri Munir Pesimistis Komnas HAM Bisa Selidiki Kasus Kematian Suaminya

5 hari lalu

Istri mendiang aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib, Suciwati tiba di Gedung Komnas HAM, Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. Suciwati akan diperiksa oleh tim ad hoc bentukan Komnas HAM, untuk mengusut dugaan pelanggaran HAM berat dalam kasus kematian aktivis Munir Said Thalib. TEMPO/Subekti
Istri Munir Pesimistis Komnas HAM Bisa Selidiki Kasus Kematian Suaminya

Suciwati mengatakan Komnas HAM hanya memeriksa 3 saksi dalam waktu satu tahun tiga bulan dalam penyelidikan kembali kematian Munir.


Didesak Tetapkan Kasus Munir Jadi Pelanggaran HAM Berat, Komnas HAM: Tunggu Penyelidikan

7 hari lalu

Aktivis Hak Asasi Manusia, Suciwati, istri dari Munir Said Thalib memberikan orasi saat Peringatan 19 Tahun Pembunuhan Munir di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis 7 September 2023. Kasus pembunuhan terhadap Munir adalah kasus yang sangat penting untuk terus diperingati dan diperjuangkan keadilannya hingga tuntas, sampai dalangnya diproses hukum. TEMPO/Subekti.
Didesak Tetapkan Kasus Munir Jadi Pelanggaran HAM Berat, Komnas HAM: Tunggu Penyelidikan

Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) mendesak Komnas HAM menetapkan kasus pembunuhan Munir Said Thalib sebagai pelanggaran HAM berat


Suciwati Tuntut Pengadilan HAM Ad Hoc Kematian Munir: Presiden Harus Buktikan Janji Menuntaskan

13 hari lalu

Aktivis Hak Asasi Manusia, Suciwati, istri dari Munir Said Thalib memberikan orasi saat Peringatan 19 Tahun Pembunuhan Munir di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis 7 September 2023. Kasus pembunuhan terhadap Munir adalah kasus yang sangat penting untuk terus diperingati dan diperjuangkan keadilannya hingga tuntas, sampai dalangnya diproses hukum. TEMPO/Subekti.
Suciwati Tuntut Pengadilan HAM Ad Hoc Kematian Munir: Presiden Harus Buktikan Janji Menuntaskan

Istri aktivis HAM Munir, Suciwati desak ada pengadilan HAM ad hoc untuk kematian suaminya. Ia menuntut presiden buktikan janji untuk menuntaskannya.


Suciwati Mengaku Sudah Lelah dengan Janji Pengusutan Pembunuhan Munir, Komnas HAM dan Kejagung Saling Lempar

13 hari lalu

Suciwati, istri Munir Said Thalib, saat ditemui usai diperiksa di kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat, 15 Maret 2024. Tempo/M. Faiz Zaki
Suciwati Mengaku Sudah Lelah dengan Janji Pengusutan Pembunuhan Munir, Komnas HAM dan Kejagung Saling Lempar

Suciwati, istri dari Munir berharap pengungkapan kasus pembunuhan terhadap suaminya segera tuntas.


Kasum Desak Komnas HAM Segera Tetapkan Kasus Kematian Munir Sebagai Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia

14 hari lalu

Istri mendiang aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib, Suciwati tiba di Gedung Komnas HAM, Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. Suciwati akan diperiksa oleh tim ad hoc bentukan Komnas HAM, untuk mengusut dugaan pelanggaran HAM berat dalam kasus kematian aktivis Munir Said Thalib. TEMPO/Subekti
Kasum Desak Komnas HAM Segera Tetapkan Kasus Kematian Munir Sebagai Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia

Komisi Aksi Solidaritas untuk Munir desak Komnas HAM segera tuntaskan kasus pembunuhan Munir Said Salib pada 7 September 2004.


Diperiksa Komnas HAM soal Kematian Munir, Usman Hamid Berharap Dalang Pembunuhan Segera Diungkap

14 hari lalu

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trisakti saat pembacaan 'Maklumat Trisakti Lawan Tirani' di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta, Jumat, 9 Febuari 2024. Para civitas academica yang terdiri dari guru besar, pengajar, mahasiswa, karyawan dan alumni Universitas Trisakti yang memegang teguh nilai-nilai etik kebangsaan, demokrasi, dan hak asasi manusia, kekhawatiran atas matinya Reformasi dan lahirnya tirani sepakat mengeluarkan maklumat. TEMPO/Joseph.
Diperiksa Komnas HAM soal Kematian Munir, Usman Hamid Berharap Dalang Pembunuhan Segera Diungkap

Menurut Usman Hamid, hasil penyelidikan tim pencari fakta sudah lengkap sehingga ia berharap Komnas HAM segera mengumumkan dalang pembunuhan Munir.


Istri Munir Termasuk 50 Tokoh Kirim Surat ke Partai Politik Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Suciwati Khawatirkan Ini

18 hari lalu

Aktivis Hak Asasi Manusia, Suciwati, istri dari Munir Said Thalib memberikan orasi saat Peringatan 19 Tahun Pembunuhan Munir di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis 7 September 2023. Kasus pembunuhan terhadap Munir adalah kasus yang sangat penting untuk terus diperingati dan diperjuangkan keadilannya hingga tuntas, sampai dalangnya diproses hukum. TEMPO/Subekti.
Istri Munir Termasuk 50 Tokoh Kirim Surat ke Partai Politik Dukung Hak Angket Pemilu 2024, Suciwati Khawatirkan Ini

Istri Munir, Suciwati termasuk dari 50 tokoh yang kirimkan surat kepada ketua umum partai politik untuk ajukan hak angket DPR. Ini alasannya mendukung


Profil Arief Sulistyanto, Eks Kabareskrim yang Pernah Usut Kasus Munir jadi Komisaris ASABRI

22 hari lalu

Kepala Lemdiklat Polri Komisaris Jenderal Arief Sulistyanto bertemu perwakilan LPDP membahas program S2 untuk polisi.
Profil Arief Sulistyanto, Eks Kabareskrim yang Pernah Usut Kasus Munir jadi Komisaris ASABRI

Profil Arief Sulistyanto yang diangkat Erick Thohir jadi Komisaris ASABRI.


Aksi Kamisan 17 Tahun, Suciwati Tak Berhenti Tuntut Keadilan untuk Kematian Aktivis HAM Munir

19 Januari 2024

Anggota Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) yang juga istri aktivis HAM Munir Said Thalib, Suciwati berpose saat Aksi Kamisan ke-744 di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 15 September 2022. Teka-teki pembunuhan Munir di atas pesawat Garuda Indonesia pada 7 September 2004 masih belum terungkap sepenuhnya. SANTARA/Sigid Kurniawan
Aksi Kamisan 17 Tahun, Suciwati Tak Berhenti Tuntut Keadilan untuk Kematian Aktivis HAM Munir

Aksi 17 tahun Aksi Kamisan kemarin dilakukan. Salah satu aktivis yang kerap mengikuti gerakan tuntut keadilan yaitu Suciwati, istri aktivis HAM Munir.


Mengingat Asal-usul Aksi Kamisan yang Sudah Mencapai 17 Tahun

18 Januari 2024

Peringatan 17 tahun Aksi Kamisan di depan Istana Presiden, Jakarta Pusat pada Kamis, 18 Januari 2024. Tempo/Novali Panji
Mengingat Asal-usul Aksi Kamisan yang Sudah Mencapai 17 Tahun

Setiap Kamis sore sejak 18 Januari 2007, Aksi Kamisan menuntut negara menuntaskan kasus hak asasi manusia atau HAM berat di Indonesia.