TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mencatat, dari total 121 kontraktor kontrak kerja sama (KKS) yang jangka waktu eksplorasinya sudah melebihi tiga tahun, 69 di antaranya belum memenuhi komitmen eksplorasi.
“Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh BP Migas, faktor eksternal masih menjadi kendala utama,” ujar Wakil Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Johannes Widjonarko pada Ahad, 9 September 2012.
Sebanyak 33 persen dari 69 kontraktor tersebut mengalami kendala eksternal dalam melakukan eksplorasi hulu minyak dan gas bumi. Beberapa faktor eksternal itu adalah tumpang tindih lahan, perizinan, ganti rugi, dan isu sosial masyarakat.
Selain itu, ada juga kendala internal perusahaan seperti pembagian operator dan finansial yang menghambat perusahaan memenuhi komitmen pasti. Padahal, industri hulu migas sifatnya padat modal dan berisiko tinggi. Yang terjadi belakangan ini adalah sering kali beberapa kontraktor berniat menawarkan berbagi risiko dengan pihak lain dan hal ini yang terhalang oleh aturan.
Adapun Wakil Presiden Asosiasi Perminyakan Indonesian Sammy Hamzah menyatakan, banyak kontraktor yang hanya mengincar lisensi lahan wilayah eksplorasi namun tidak juga melaksanakan pengeboran. Ada juga yang tidak segera melakukan eksplorasi karena hanya ingin menawarkan kembali ke pihak lain.
“Ini merugikan negara. Seharusnya pemerintah dan BP Migas lebih ketat mengawasi pemilik kontrak yang tidak serius,” ucapnya.
Akibatnya, tidak ada investasi riil yang menguntungkan negara dan produksi minyak tak kunjung bertambah. Hal ini sangat disayangkan, karena artinya Indonesia tidak bisa memanfaatkan momentum terus melambungnya harga minyak mentah dunia.
Saat ini, jumlah kontrak kerja sama yang ditandatangani investor tidak sebanding dengan jumlah sumur eksplorasi baru yang ada. “Selama lima tahun ini, jumlah sumur baru terus menurun padahal jumlah kontraknya meningkat,” ujar Sammy.
Sebelumnya, BP Migas memperkirakan produksi minyak bumi tahun depan akan mencapai titik terendah karena faktor alami, yaitu kebanyakan sumber minyak di Indonesia telah berproduksi selama lebih dari 20 tahun.
Adapun produksi minyak bumi pada 2014 diharapkan kembali tumbuh dan mencapai 1 juta barel per hari karena Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur, sudah bisa mencapai produksi 165.000 barel per hari.
ROSALINA | RR ARIYANI