TEMPO.CO, Surabaya - Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur mendesak pemerintah menghentikan praktek ilegal impor garam yang saat ini masih dilakukan beberapa importir. Impor garam dinilai menghancurkan harga garam rakyat.
Ketua HMPG Jawa Timur, Hasan, ketika menggelar pertemuan pers di Surabaya, Senin, 10 September 2012, mengatakan luas lahan garam nasional pada 2012 mencapai 29.704,27 hektare dengan produksi 2.974.027 ton (100-120 ton per hektare), sementara kebutuhan nasional per tahun hanya 1,8 juta ton. "Produksi kita masih melimpah, tapi keran impor yang dibuka sejak 2010 ternyata tak serius dihentikan pemerintah," katanya.
Menurut Hasan, impor garam awalnya akibat anomali cuaca pada 2010 silam. Melihat cuaca yang mulai stabil, beberapa kali pemerintah menegaskan untuk menghentikan impor garam. Bahkan, sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 360/MPK/Kep/5/2004, dinyatakan impor garam dilarang selama satu bulan sebelum panen raya hingga dua bulan setelah panen raya. Faktanya, selama Juni hingga saat ini, yang merupakan saat panen raya, garam impor masih saja masuk ke Indonesia.
Akibatnya, harga garam rakyat jatuh di bawah hpp (harga pokok penjualan) yang dipatok, yaitu Rp 750 per kilogram kualitas satu (KW1) dan Rp 550 per kilogram kualitas dua (KW2). "Garam rakyat jatuh menjadi Rp 350 per kilogram untuk KW1 dan Rp 300 per kilogram untuk KW2," ujar Hasan.
Selain itu, hingga saat ini, penyerapan garam rakyat untuk kebutuhan industri juga tak sampai 10 persen. Padahal hasil panen petani di Jawa Timur saat ini telah mencapai 400 ribu ton. Khusus Jawa Timur, kebutuhan konsumsi per tahun hanya 220 ribu ton.
Jawa Timur merupakan penyumbang 60 persen stok garam nasional dengan jumlah petani 35 ribu orang. Produksi garam terbanyak berasal dari Kabupaten Sampang dengan total lahan mencapai 4.200 hektare, Kabupaten Sumenep 2.200 hektare, Surabaya 1.400 hektare, Pamekasan 1.200 hektare, Bangkalan, Pasuruan, Probolinggo, Tuban, dan Lamongan masing-masing 300 hektare. "Khusus Lamongan, saat ini dibuka lahan baru seluas 3.000 hektare," ucap Hasan.
Taufiq Hidayatullah, petani garam dari Sampang yang juga hadir dalam pertemuan pers, mengatakan rendahnya harga garam menjadikan petani saat ini terus merugi. Sebab, untuk 1 hektare lahan dengan produksi 100 ton dan harga Rp 300 per kilogram, petani hanya mendapatkan uang Rp 30 juta. "Padahal ongkos produksi sekitar Rp 25 juta, kami hanya untung Rp 5 juta, ongkos tenaga kerja belum kami hitung," tuturnya. Untuk persiapan tanam hingga panen, petani memerlukan waktu sekitar enam bulan.
Ketika dimintai konfirmasi, Kepala Bagian Industri dan Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian Jawa Timur, Acmad Basuki, mengakui hancurnya harga garam rakyat akibat permainan harga dari importir garam. "Pak Gubernur sudah perintahkan kami untuk mengawasi 12 importir garam di Jawa Timur," katanya.
Meski pengawasan telah diperketat, garam impor ternyata sulit dibendung jika masuk melalui perdagangan antarprovinsi. Karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendesak pemerintah pusat segera menghentikan impor garam. "Harusnya di seluruh pelabuhan distop, jangan hanya di Jawa Timur, tapi di provinsi lain masih buka," ujarnya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ
Berita lain:
Ditemukan Gambar Yesus di Buku Panduan Haji
Alasan Munir Pilih Garuda Indonesia
Munir dan Mobil Toyota Mark Putih Kesayangannya
God Bless Manggung untuk Jokowi
Golkar Diminta Tidak Tersandera Bisnis Bakrie
Artis Gaek Dukung Jokowi
Aburizal Bakri Diminta Hati-hati