TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pagi ini bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga pukul 10.35 WIB pagi ini, rupiah ditransaksikan di 9.590 per dolar AS, yang berarti melemah. Sikap hati-hati investor menjelang Komite Pasar Terbuka Bank Sentral AS (The Fed) membuat rupiah kembali mengalami tekanan.
Melemahnya bursa saham Asia dan terdepresiasinya sebagian mata uang regional turut menjadi ganjalan bagi apresiasi rupiah kali ini.
Head of Research Treasury Bank Negara Indonesia Nurul Eti Nurbaeti mengemukakan, rupiah hari ini cenderung berpotensi melemah. Aksi wait and see dari para pelaku pasar menunggu hasil pertemuan dua hari The Fed yang dimulai Rabu besok, yang membuat rupiah akan berkonsolidasi. “Ditambah lagi kebutuhan dolar AS untuk impor juga turut membuat mata uang Negeri Abang Sam akan cenderung menguat,” tuturnya.
Perhatian pasar juga akan tertuju pada rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dijadwalkan pada Kamis mendatang. Adanya lelang Surat Utang Negara dengan target Rp 5 triliun diharapkan dapat menahan rupiah dari tekanan dolar AS.
Dalam perdagangan awal pekan kemarin, rupiah ditutup melemah tipis 7 poin ke posisi 9.577 per dolar AS. Pelemahan rupiah kemarin disebabkan oleh kondisi Eropa yang kurang kondusif, menyusul rencana pembelian obligasi oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang dapat mengganggu negosiasi posisi Yunani di Eropa. “Sehingga memunculkan kembali spekulasi bahwa Negeri Para Dewa tersebut akan keluar dari zona Euro,” kata Nurul.
Mencuatnya kembali kecemasan di kawasan Eropa membuat investor kembali memburu dolar AS yang dianggap sebagai safe haven currency. Namun, positifnya, indeks harga saham di bursa Jakarta dapat menopang pelemahan rupiah tidak terlalu dalam.
VIVA B. KUSNANDAR