TEMPO.CO, Mogadishu - Anggota parlemen, Hassan Sheikh Mohamud, terpilih sebagai presiden baru Somalia mengalahkan patahana (inkumben) Presiden Sheikh Sharif Ahmed dalam pemilihan yang digelar di Mogadishu, Senin, 10 September 2012.
Menurut pengamat politik Peter Greste, bekas pemimpin oposisi ini merupakan kuda hitam dari 25 kandidat. Seperti dilansir Al Jazeera, pada pemilihan pertama, Mohamud berhasil unggul atas calon lainnya. Namun, di putaran kedua, dia unggul lebih dari 50 persen dengan perolehan suara 190 melawan 79 suara atas Ahmed.
"Rakyat mengatakan kepada saya bahwa mereka ingin perubahan," kata koresponden Al Jazeera, Nazanine Moshiri, dari Mohadishu. "Rakyat ingin seorang presiden baru dan tampaknya keinginan tersebut terwujud." Moshiri melanjutkan bakal ada aliansi antara Hassan Sheikh dan Perdana Menteri Abdeweli Ali.
Perdana Menteri Abdeweli Ali dalam pemilihan presiden kemarin merupakan salah satu kandidat, tetapi dia hanya meduduki posisi ketiga, sehingga pertarungan perebutan kursi presiden dilakukan oleh Mohamud dan Ahmed.
"Saya berbicara dengan Hassan Sheikh pada Ahad, 9 September 2012," kata Nazanine Mohiri. "Dia seorang moderat yang islami. Dia juga seorang akademisi dan sanggup mempersatukan klan untuk mendukungnya."
Dia menambahkan, satu hal yang menjadi masalah penduduk di Mogadishu adalah munculnya kelompok milisi bersenjata. Karena itu, kata dia, negara membutuhkan seseorang yang dapat mempersatukan dan mendukungnya. "Ada kekhawatiran terjadinya pertempuran antara kelompok milisi bersenjata," ujar Peter Greste
Mohiri mengatakan pemilihan Presiden Somalia diduga diwarnai suap. Setidaknya fulus sebesar US$ 50 ribu (Rp 480 juta) pindah tangan ke beberapa anggota parlemen untuk memuluskan salah satu calon. Diduga uang tersebut demi kemenangan calon inkumben. Beberapa sumber diplomat senior di Mogadishu membenarkan telah terjadi pembelian suara dalam pemilihan.
"Mereka mengatakan kepada saya bahwa ada upaya penyuapan dari semua lini. Banyak di antara para calon utama yang ambil bagian dalam pemilihan ini menyiapkan sejumlah uang untuk para anggota parlemen agar memilihnya, bahkan sejumlah anggota parlemen mengaku telah menerima uang sogokan itu," kata Moshiri.
AL JAZEERA | CHOIRUL