TEMPO.CO, London - Bagi anda yang suka menggunakan tusuk gigi setelah makan sebaiknya berhati-hatilah. Maksud ingin membersihkan gigi dari sisa makanan, serpihan tusuk gigi yang sering tidak disadari termakan malah bisa merusak beberapa organ tubuh salah satunya hati.
Seorang perempuan di Inggris berumur 45 tahun harus menjalani operasi organ hati, setelah dalam tubuhnya ditemukan banyak serpihan tusuk gigi. Hasil tes darahnya menunjukkan bahwa enzim hati dalam tubuhnya berada di atas ambang normal.
Bahkan hasil USG mengungkapkan, dalam rongga hati perempuan itu terdapat luka selebar satu inchi dengan panjang hampir setengah hatinya. Akibat luka dan jumlah enzim yang tidak normal, perempuan ini harus dirawat secara intensif karena mengalami kegagalan organ multiple.
"Menelan benda asing bukan suatu masalah biasa," ujar salah satu praktisi kesehatan yang tergabung dalam penelitian British Medical Journal, tentang tusuk gigi, kepada Foxnews, Selasa 11 September 2012. Bahkan di Inggris, ditemukan ada 17 kasus yang mirip dengan kasus yang dialami oleh perempuan tersebut.
Dalam kasus - kasus itu disebutkan, serpihan tusuk gigi itu awalnya berada di dalam saluran pencernaan. Tapi kemudian ikut terbawa sampai ke organ hati. Padahal kasus menelan benda asing, menurut para peneliti BMJ hanya ditemukan pada kasus anak atau kelainan psikologis.
Dalam kebanyakan kasus, serpihan tusuk gigi yang tertelan keluar dari saluran pencernaan. Serpihan ini memiliki ujung tajam seperti jarum jahit atau tulang ikan. Bagian pertama dari usus kecil, yang disebut duodenum, adalah tempat dalam saluran cerna yang dapat membuat serpihan itu terbawa kemanapun.
Pasien yang menelan serpihan tusuk gigi atau benda asing cenderung tidak menyadari dan tidak mengalami gejala apapun. Gejala baru muncul setelah mereka melakukan pemeriksaan fisik. Bahkan parahnya, benda asing itu jarang yang terdeteksi dalam tes pencitraan.
"Cidera yang disebabkan oleh serpihan tusuk gigi sering dikaitkan dengan sifat morbiditas atau sifat mudah sakit pada tiap-tiap orang," tulis peneliti di dalam Jurnal yang diterbitkan pada Senin, 10 September 2012 itu.
CHETA NILAWATY | FOXNEWS | BRITISH MEDICAL JOURNAL