TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah berhasil menguat seiring terdepresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) setelah The Fed mengumumkan perincian kebijakan pelonggaran lanjutan (QE3) tadi malam.
Dikucurkannya program stimulus lanjutan membuat dolar AS akan cenderung melemah terhadap mata uang utama dunia karena para investor akan cenderung melepas mata uang negeri Abang Sam dan beralih ke aset yang berimbal hasil dan berisiko tinggi, seperti busa saham, komoditas, serta euro dan mata uang Asia.
Hal ini langsung dimanfaatkan rupiah untuk menguat dan menjauh dari level 9.600 per dolar AS. Di transaksi pasar uang siang hari ini pukul 11.20 WIB, niliai tukar rupiah berada di level 9.555 per dolar AS, yang berarti menguat 22 poin (0,23 persen) dari penutupan kemarin di 9.577.
Analis dari Treasury Research Bank Negara Indonesia, Klara Pramesti, menjelaskan, hari ini rupiah akan cenderung terapresiasi seiring menguatnya aksi risk appetite setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan program stimulus di akhir pertemuannya tadi malam.
Detail program stimulus tersebut antara lain pembelian hipotek sebesar US$ 40 miliar per bulan tanpa batas waktu. Suku bunga acuan The Fed tetap dipertahankan di level terendahnya, 0,25 persen, hingga pertengahan 2015. Juga akan tetap melakukan operation twist, yaitu menjual obligasi pada tenor pendek dan menginvestasikannya pada tenor panjang untuk menekan suku bunga pinjaman.
Di pasar non-deliverable forward (NDF) untuk transaksi jangka waktu satu bulan, rupiah juga dibuka menguat pada 9.569-9585 per dolar AS, juga dapat mendukung apresiasi rupiah. “Berita positif ini diharapkan dapat menopang penguatan rupiah di akhir pekan ini,” tuturnya.
VIVA BUDY KUSNANDAR
Berita Terpopuler:
Apa Beda iPhone 5 dengan Samsung Galaxy S III
Baasyir Kirimi SBY Buku ''Demokrasi Bisikan Setan''
Bos Koperasi Langit Biru Tewas di Tahanan
Aktris Film Anti-Islam Innocence of Muslims Trauma
iPhone 5 Telah Tiba