Hyundai Indonesia Butuh Investasi Rp 5 Triliun  
Reporter: Tempo.co
Editor: Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 14 September 2012 11:25 WIB
Logo Hyundai. REUTERS/Kim Hong-Ji
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Hyundai Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 5 triliun. Dana sebesar itu bukan sekadar untuk industri perakitan, tapi juga untuk mendirikan pabrik manufaktur mobil di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Presiden PT Direktur Hyundai Motor Indonesia Jongkie D. Soegianto menyatakan Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk penjualan mobil. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya, kecuali Cina dan India, penduduk Indonesia sangat besar, mencapai 240 juta.

Jika kebutuhan sandang, pangan, dan papan terpenuhi, otomatis masyarakat akan butuh mobil. "Pangsa pasar mobil di Indonesia seperti gadis cantik yang layak diperebutkan," kata dia di Yogyakarta, Jumat, 14 September 2012.

Ia mengaku telah meminta kantor pusat Hyundai segera mengucurkan dana investasi itu. Sebab, investasi untuk manufaktur mobil Korea di Indonesia sangat dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dibandingkan produsen mobil lainnya, seperti dari Jepang dan India.

Salah satu Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia itu menambahkan, saat ini rasio kepemilikan mobil dibanding dengan jumlah penduduk di Indonesia memang masih kalah jauh dibanding Malaysia dan Thailand. Bila di dalam negeri rasionya baru mencapai 77 mobil per 1.000 penduduk, Thailand sudah 200 mobil per 1.000 penduduk dan Malaysia mampu mencapai 300 mobil per 1.000 penduduk.

Namun, pangsa pasar mobil di Indonesia sangat besar. Sebab, dibandingkan Malaysia yang hanya berpenduduk 28 juta dan Thailand juga lebih sedikit dibandingkan Malaysia, Indonesia merupakan pasar yang gemuk.

Investasi yang besar itu jelas dibutuhkan. Sebab, produksi mobil yang sangat digemari di Amerika Serikat itu juga lebih bisa menekan ongkos produksi dan pajak. Saat ini pihaknya masih dikenai pajak masuk ke Indonesia sebesar 45 persen. Padahal, untuk produsen mobil lainnya hanya dikenai 15 persen untuk masuknya komponen kendaraan.

Bahkan, pabrikan mobil asal Jepang sudah banyak memproduksi di Thailand. Untuk perjalanan kendaraan dan komponen tidak dipungut biaya pajak karena sudah masuk dalam kerangka ASEAN Free Trade Area (AFTA). Sayangnya, Korea tidak termasuk dalam negara-negara yang menandatangani AFTA.

Hal inilah yang mengakibatkan penjualan beberapa produsen seperti berjalan di tempat. Bahkan penjualannya sangat jauh dibandingkan merek Jepang dan Eropa.

Jika produsen Jepang sudah menyiasatinya dengan mendirikan pabrik di Thailand, Vietnam, ataupun Malaysia dan Indonesia, beberapa produsen asal Eropa dan Negeri Ginseng, Korea, belum banyak yang mengambil kebijakan serupa. "Maka kami sudah mendesak kantor pusat untuk segera mengucurkan investasi itu karena sangat prospektif," kata Jongkie.

Di Yogyakarta, penjualan mobil Hyundai ini tergolong masih jauh dibandingkan merek asal Jepang karena produsen mobil Korea ke Indonesia masih baru atau terlambat 25 tahun dibandingkan mobil asal Jepang. "Padahal Hyundai merupakan mobil yang di Amerika dan Australia sebagai best car," kata pemilik dealer Hyundai Adisucipto PT Sumber Baru Citra Mobil, Jap Kurniawan Halim.

Bandingkan saja, jika Toyota bisa menjual 400 unit mobil per bulan di Yogyakarta, Hyundai baru bisa menjual 25 mobil berbagai varian per bulan. Market share-nya masih sangat jauh dibandingkan merek lain.

MUH SYAIFULLAH

Terpopuler:Bank Indonesia Nilai Ekonomi Indonesia MembaikHarga Emas Melonjak US$ 38 per Troy Ounce Izin Properti Asing Memperparah Backlog PerumahanRencana Pembelian Blitz oleh CJ Melanggar AturanPengembang Malaysia Tawarkan Proyek Properti RM 1,2 Miliar

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi