TEMPO.CO, Depok - Untuk mengantisipasi aktivitas pelaku teror di Kota Depok, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Depok melakukan penyisiran dari bawah. Mulai dari rukun tetangga (RT), kelurahan, sampai ke kecamatan diintensifkan mendata kembali penghuni kontrakan di daerahnya masing-masing.
"Kami bekerja sama dengan RT sampai kecamatan melakukan pendataan kembali, terutama terhadap penghuni kontrakan," kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Depok Muliyamto saat dihubungi Tempo, Minggu, 16 September 2012.
Muliyamto mengatakan operasi ini sebenarnya rutin dilakukan setiap tahun setelah Lebaran. Namun, saat ini berbeda karena adanya isu teror yang belakangan mengguyur Kota Depok. Beberapa tersangka teroris itu dikabarkan bukan dari Depok, tetapi para pengontrak. "Kami takutkan masih ada lagi (teroris), terutama pemilik kontrakan agar hati-hati," kata dia.
Menurut dia, pemilik kontrakan dan kos harus waspada terhadap para penyewa kontrakan. Identitas penyewa harus jelas dan dilaporkan ke Ketua RT dan RW. Setelah mereka masuk, pemilik kontrakan harus meminta kartu tanda penduduk (KTP) atau identitas lain orang itu untuk diberikan ke RT dan RW. "Pemilik kontrakan harus menjamin keamanan kontrakannya," kata dia.
Masalahnya, kata dia, banyak pemilik kontrakan yang tinggal di luar Kota Depok. Hal ini menyebabkan para penghuni kontrakan bebas keluar masuk. "Akhirnya banyak yang tidak terkontrol."
Muliyamto mengimbau agar RT dan RW bekerja lebih keras untuk menanggulangi masalah ini.
Ia juga meminta warga Depok yang belum memiliki KTP bisa secepatnya mengurus. Saat ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil mencatat jumlah warga Kota Depok sebanyak 1,8 juta orang. Jumlah itu belum termasuk pendatang yang tidak melaporkan. "Masih banyak yang sudah lama di Depok, tetapi tidak punya KTP Depok," kata dia.
Pada Rabu, 5 September 2012, Densus 88 menangkap tersangka teroris Firman di Perumahan Taman Anyelir 2, Kalimuliya, Depok. Selanjutnya, terjadi ledakan bom di sebuah rumah kontrakan di Jalan Nusantara, Beji, pada 9 September 2012. Selang dua hari, penggerebekan kembali terjadi di Bojonggede.
Selain Firman, serangkaian kejadian itu melibatkan tersangka Anwar yang tewas akibat ledakan bom di Beji. Tersangka Yusuf Rizaldi dan Muhammad Thorik waktu itu sempat lari dari kontrakannya di Depok. Yusuf dan Thorik akhirnya menyerahkan diri ke polisi.
Ketua RT 03 RW 06 Keluran Pondok Cina, Rokib Maulana, menambahkan, pendataan ulang hanya dilakukan kepada penghuni kontrakan. "Ketakutan kepada teroris kan hanya pada penghuni kontrakan," kata dia.
Rokib memastikan, hari ini dirinya akan mengumpulkan semua identitas para pengontrak. Mereka yang belum punya KTP, dianjurkan memberi identitas lainnya, seperti kartu mahasiswa dan surat izin mengemudi (SIM). "Sore ini saya langsung keliling," kata dia.
ILHAM TIRTA
Terpopuler:
Kekasih Olla Ramlan Calon Wakil Bupati Tangerang
Logo Gajah Ekstasi Milik Raja Bisnis Narkoba
Kereta Dilempari Batu, Wajah Masinis Robek
Rumah Thorik Digeledah Gegana
Polisi Selidiki Pelemparan Molotov di Taman Sari