TEMPO.CO, Jakarta - Di era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, berita dan informasi bisa diperoleh di berbagai saluran televisi selama 24 jam penuh tanpa henti. Tahukah Anda bahwa terpapar berita dan informasi kekerasan secara berulang dan terus-menerus akan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius?
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap para penonton televisi di Amerika menunjukkan bahwa paparan gambar kekerasan, seperti serangan teroris maupun dari medan perang, yang terus-menerus dapat meningkatkan gangguan psikis dan psikologis seseorang. Para ilmuwan dari UC Irvine mengatakan bahwa riset ini menyoroti trauma kolektif berkepanjangan yang bisa dialami oleh sekelompok orang saat mereka terus-menerus menyaksikan tontonan yang sama.
Namun, ketua peneliti, Roxane Cohen Silver, mengatakan, “Saya tidak akan menyarankan pembatasan atau sensor atas gambar-gambar peperangan untuk kesehatan psikologis masyarakat umum. Saya kira yang lebih penting adalah orang lebih peduli bahwa tidak ada manfaat psikologis dari paparan gambar horor semacam itu.”
Penelitian ini melibatkan penilaian atas lebih dari seribu data kesehatan partisipan, seminggu setelah dan sebelum serangan 11 September 2001 dan awal perang Irak pada 2003. Mereka juga mengamati paparan media dan respons stres berat.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang menonton liputan 11 September 2001 dan perang Irak di televisi lebih dari empat jam sehari lebih cenderung mengalami stres akut dan gejala post-traumatic stress dari waktu ke waktu. Mereka juga lebih cenderung berkunjung ke dokter untuk diagnosis gangguan kesehatan psikis dua hingga tiga tahun kemudian.
“Hasil ini menunjukkan bahwa paparan terhadap gambar grafis media kemungkinan menjadi mekanisme penting dalam menyebarkan trauma kolektif secara meluas,” kata Silver. “Temuan kami baik, relevan, dan tepat waktu karena gambar hidup menjangkau lebih besar audience ketimbang YouTube, media sosial, maupun telepon pintar.”
Hasil penelitian ini dilakukan dengan biaya dari National Science Foundation, yang muncul dalam jurnal Psychological Science.
“Ketika kami menilai bahwa gambar grafis hidup seseorang yang tertimbun akibat tsumani di Jepang tahun 2011 yang muncul secara berulang, muncul perdebatan sengit tahun lalu karena dikeluarkannya foto mengerikan Osama bin Laden, serta gambar yang sangat mengganggu dari peristiwa 11 September yang muncul di televisi sebagai peringatan atas kejadian tersebut,” kata Silver. “Kami percaya hasil penelitian kami menunjukkan sesuatu yang penting untuk disampaikan berkenaan dengan dampak paparan berulang dari gambar-gambar traumatis itu.”
DAILY MAIL | ARBA’IYAH SATRIANI
Berita lain:
Pilkada DKI: Agama Yes, Prabowo No
50 Foto Topless Kate Middleton Ada di Majalah Chi
Selingkuhan Rooney dan Balotelli Hamil
Survei: Foke Versus Jokowi, Kalah Tipis
Di Hotel Ini, Pengguna Toilet Diintip Pejalan Kaki
Polisi Anggap 20 Penyidik di KPK Ilegal