TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menguat cukup signifikan dalam dua hari terakhir, karena sentimen positif Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengumumkan program kebijakan moneternya, rupiah hari ini berbalik melemah kembali mendekati level 9.500.
Aksi ambil untung yang dilakukan oleh para pelaku pasar, memanfaatkan harga dolar AS di harga rendah, mengganjal apresiasi rupiah.
Di transaksi pasar uang siang ini, Selasa, 18 September 2012, rupiah melemah 30 poin (0,32 persen) ke posisi 9.492 per dolar AS.
Head of Research Treasury Bank Negara Indonesia, Nurul Eti Nurbaeti, mengungkapkan, sentimen positif di pasar finansial dan meningkatnya aksi risk appetite (keberanian mengambil risiko) para pelaku pasar membuat dolar AS cenderung melemah terhadap rupiah kemarin. “Penguatan rupiah juga didukung oleh menguatnya rupiah di transaksi non-deliverable forward (NDF) di luar negeri.”
Aksi ambil untung di bursa saham, setelah indeks mencetak rekor tertinggi baru dan melemahnya mata uang regional mengikuti terdepresiasinya euro terhadap dolar AS, membuat rupiah berbalik melemah siang ini. “Pergerakan rupiah hari ini akan cenderung melemah,” kata Nurul.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia siang ini, hingga pukul 11:40, mengalami koreksi 18,537 poin (0,44 persen) ke 4.236,746.
Mata uang tunggal Uni Eropa melemah 0,0015 poin (0,1 persen) ke US$ 1,3102, sedangkan yen Jepang menguat 0,11 poin (0,14 persen) menjadi 78,6 per dolar AS.
Mata uang regional siang ini terlihat melemah terhadap Greenback (sebutan dolar AS). Dolar Singapura terkoreksi tipis 0,04 persen, won Korea Selatan 0,06 persen, peso Philipina 0,36 persen, ringgit Malaysia 0,46 persen, serta baht Thailand juga melemah 0,16 persen.
VIVA B. KUSNANDAR