TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyatakan akan memfasilitasi peningkatan kualitas kopi untuk tujuan ekspor, terutama ke Jepang. Hal ini dilakukan menyusul adanya penolakan 10 peti kemas berisi 200 ton kopi dari Indonesia yang ditolak Badan Karantina Jepang karena melebihi batas maksimum residu beberapa waktu lalu.
Kopi Indonesia dianggap mengandung unsur aktif pestisida isocarab dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian, Azwar Abu Bakar, menyatakan akan mendalami kasus penolakan tersebut dan berkonsultasi dengan pemerintah Jepang.
“Ini sebenarnya bukan ditolak, hanya kaitannya dengan beberapa kandungan yang tidak sesuai,” kata Azwar, Selasa, 18 September 2012. Dia menambahkan, Jepang termasuk negara yang ketat dalam menerapkan standar impor produk pertaniannya, termasuk kopi Indonesia.
Menurut dia, guna menanggapi kasus ini pihaknya akan melakukan pembinaan, mulai dari produsen hingga tingkat industri kopi untuk mencegah digunakannya unsur pestisida melebihi batas yang diizinkan dari suatu negara. “Kami akan imbau semua pihak terkait supaya menghasilkan suatu kualitas yang tinggi sehingga tidak ada lagi persyaratan yang tidak terpenuhi pada kopi.”
Sejak 2006, pemerintah Jepang telah menetapkan 200 jenis bahan kimia yang tidak boleh terkandung pada komoditi kopi melebihi ambang batas yang diizinkan. Aturan ini dikenal sebagai uniform level sebesar 0,01 ppm. Ketentuan pemerintah Jepang ini dinilai paling ketat dibanding negara-negara lain.
Apabila pada komoditi kopi didapati unsur aktif salah satu dari 200 jenis bahan kimia melebihi tingkat keseragaman yang diizinkan, maka kopi tersebut ditolak masuk ke Jepang dan harus dihancurkan atau diekspor kembali.
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia sebelumnya memprediksi produksi kopi Indonesia, baik jenis Arabica maupun Robusta akan meningkat tahun ini. Produksi kopi tahun ini ditargetkan mencapai 900 ribu ton, yang terdiri atas 180 ribu ton Arabica dan sisanya Robusta.
Tahun lalu, produksi kopi hanya sebesar 709 ribu ton dengan rincian 155 ribu ton Arabica dan 553 ribu ton Robusta. Dari jumlah produksi itu, porsi ekspor mencapai 600 ribu ton, sedangkan sisanya untuk konsumsi domestik.
ROSALINA
Berita terpopuler lainnya:
Selingkuhan Rooney dan Balotelli Hamil
Di Hotel Ini, Pengguna Toilet Diintip Pejalan Kaki
Begini Nasib Keluarga Pembuat Film Anti-Islam
Munarman Terjengkang Saat Demo Film Anti-Islam
Iran Akan Kejar Pembuat Film Anti-Islam
Pria "Miskin" Ini Simpan Sepeti Emas di Rumahnya
Survei: Jokowi Menang Tipis dari Foke
Bela Polri, DPR "Serang" KPK
Jokowi dan Foke Dituding Manipulasi Dana Kampanye