Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Oknum TNI Penyelundup Imigran Merasa Dikorbankan

image-gnews
Tampak lima oknum TNI AD terdakwa penyelundupan imigran saat sidang di Pengadilan Militer III-13 Madiun, Selasa sore, 11-9, 2012. Mereka terlibat penyelundupan ratusan imigran Timur Tengah ke Australia melalui Pantai Popoh, Klatak, Tulungagung, dan Pantai Prigi, Trenggalek, selama 2011. Tempo/ISHOMUDDIN
Tampak lima oknum TNI AD terdakwa penyelundupan imigran saat sidang di Pengadilan Militer III-13 Madiun, Selasa sore, 11-9, 2012. Mereka terlibat penyelundupan ratusan imigran Timur Tengah ke Australia melalui Pantai Popoh, Klatak, Tulungagung, dan Pantai Prigi, Trenggalek, selama 2011. Tempo/ISHOMUDDIN
Iklan

TEMPO.CO, Madiun - Sidang lanjutan lima oknum Tentara Nasional Indonesia Angakatan Darat (TNI-AD), terdakwa kasus penyelundupan imigran, kembali digelar di Pengadilan Militer III-13 Madiun, Rabu, 19 September 2012.

Mereka adalah Sersan Dua Ilmun Abdul Said, Sersan Dua Kornelius Nama, Kopral Kepala Karyadi, Pembantu Letnan Satu Susiali, dan Sersan Kepala Khoirul Anam.

Ilmun terakhir kali bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) Komando Rayon Militer (Koramil) Sokobanah, Sampang, dan Kornelius bertugas sebagai Babinsa Koramil Bluto, Sumenep. Sedangkan Karyadi, Susiali, dan Khoirul bertugas di Koramil Besuki, Tulungagung.

Kelima oknum TNI AD berpangkat bintara tersebut terlibat penyelundupan ratusan imigran gelap Timur Tengah ke Australia melalui sejumlah perairan di Jawa Timur termasuk penyelundupan di Pantai Popoh, Tulungagung, 17 Desember 2011. Penyelundupan tersebut terungkap setelah kapal yang ditumpanginya tenggelam di perairan Prigi, Trenggalek.

Ilmun beperan sebagai koordinator lapangan dan pembagi dana. Sedangkan Kornelius dan kawan-kawan bertugas menyiapkan transportasi imigran gelap saat di Pantai Popoh, sebelum berlayar ke Australia.

Berkas perkara Ilmun dan Kornelius dan kawan-kawan diajukan secara terpisah. Agenda sidang Ilmun hari ini adalah pembelaan dan tanggapan Oditur Militer. Sedangkan sidang Kornelius dan kawan-kawan tahap pemeriksaan saksi dan terdakwa.

Usai sidang Kornelius mengaku dirinya dikorbankan. “Ada rangkaian sindikat sampai Jakarta, tapi tokoh-tokoh utamanya tidak pernah diusut,” kata lelaki kelahiran Maluku Utara itu.

Kornelius bahkan menuding aparat kepolisian dan imigrasi ikut terlibat. ”Kenapa mereka (imigran gelap) bisa lolos dari karantina, padahal di situ diawasi polisi dan petugas imigrasi,” ujarnya. Namun Kornelius tidak merinci penjelasannya, termasuk karantina yang dimaksud berada di mana dan kapan para imigran diloloskan.

Dalam beberapa kali persidangan, Ilmun dan Kornelius mengaku berkomunikasi melalui telepon melalui perantara dengan tokoh penting di atas mereka. Namun keduanya tidak mengetahui secara persis siapa saja tokoh penting tersebut karena belum pernah bertemu muka.

Kornelius sempat menyebut nama Sayeed Abbas, warga negara asing yang menurutnya otak penyelundupan. Menurut Kornelius, Sayeed Abbas sudah diadili dalam kasus serupa.

Nama Sayeed Abbas juga disebut dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) salah satu imigran asal Iran, Mohamad Hadi Parivash. Hadi bertemu Sayeed di Jakarta dan menawari hijrah ke Australia. Waktu itu Hadi membayar uang tunai US$50 ribu atau setara Rp 450 juta untuk biaya dirinya dan enam orang anggota keluarganya untuk perjalanan mulai Jakarta hingga berlayar ke Australia melalui Pantai Popoh, Tulungagung.

Adapun Ilmun sempat menyebut nama kakak kandungnya, Aziz Abdul Said, warga sipil asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Saya mendapat order dari kakak saya dan katanya ini (imigran) wisatawan asing,” kata Ilmun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ilmun sempat berkomunikasi dengan dua anggota jaringan sindikat di Jakarta melalui telepon atas perantaraan Aziz. ”Saya dikasi nomor teleponnya oleh kakak saya,” ucapnya.

Dua orang itu adalah Amin Rumangkur yang disebut-sebut bertugas sebagai anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan warga sipil, Asep alias Ciprut. “Aparat sempat mencari Aziz tapi belum ketemu,” kata Kepala Oditur Militer Madiun Upang Juwaeni.

Dalam pembelaannya yang disampaikan dalam sidang hari ini, penasihat hukum Ilmun, Kapten Juremi, menilai Ilmun bukanlah otak dari penyelundupan. ”Terdakwa tidak bisa disebut sebagai otaknya karena hanya ikut serta membantu,” katanya.

Perbuatan terdakwa menurutnya juga tidak memenuhi unsur pidana pasal 120 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Perbuatan dikategorikan menyelundupkan menurutnya jika sudah memasuki perairan negara lain. Sedangkan para imigran masih berada di wilayah perairan Indonesia dan belum masuk Australia.

Juremi juga memohon agar terdakwa tidak dipecat dari dinas militer karena menjadi tulang punggung keluarga dan tidak pernah terlibat kasus hukum sebelumnya.

Sebaliknya, saat menanggapi pembelaan penasesihat hukum Ilmun, Oditur menilai perbuatan terdakwa memenuhi unsur pidana dalam pasal yang didakwakan. ”Dalam pasal 120 ayat 1 disebutkan seseorang bisa dijerat perbuatan menyelundupkan manusia baik terlibat langsung maupun tidak langsung,” ujar Upang menjelaskan.

Sebelumnya Oditur menuntut Ilmun dengan pidana penjara delapan tahun dan denda Rp 100 juta subsider dua bulan pidana kurungan serta dipecat dari dinas militer.

Sidang lanjutan akan digelar Senin, 24 September 2012, dengan agenda putusan bagi terdakwa Ilmun dan pemeriksaan saksi ahli bagi teradakwa Kornelius dan kawan-kawan.

ISHOMUDDIN

Berita terpopuler lainnya:
Produser Film Anti Islam Juga Tipu Aktivis Kristen

Dalam Sebulan, Ada 2 Juta Mention untuk Jokowi

Ahok Minta Maaf Pada Orang Tegal 

Jokowi Boyong Keluarga ke Jakarta

Ada ''Made In Indonesia'' di Negeri Obama 

Kereta Emas Ratu Belanda Dikecam

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

18 Desember 2023

Sejumlah imigran etnis Rohingya beristirahat setelah terdampar di Blang Raya, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, Minggu 10 Desember 2023. Sebanyak 180 orang imigran etnis Rohingya yang terdiri dari 53 orang laki-laki, 74 orang perempuan dan 53 orang anak-anak terdampar di pantai Desa Blang Raya. REUTERS/Stringer
Polemik Pengungsi Rohingya di Indonesia, Berikut Negara yang Menolak Kedatangan Mereka

Keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh mulai menambah masalah. Beberapa negara telah melakukan penolakan terhadap mereka.


Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

26 Oktober 2023

Wanita Afghanistan yang tinggal di Pakistan menunggu untuk didaftarkan saat pengumpulan bukti pendaftaran di kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Peshawar, Pakistan, 30 September 2021. REUTERS/Fayaz Aziz
Peringatan Terakhir Pakistan, Ratusan Ribu Pengungsi Afghanistan Harus Angkat Kaki

Keputusan itu diambil setelah warga Afghanistan diketahui terlibat dalam kejahatan, penyelundupan dan serangan terhadap pemerintah dan tentara.


Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

17 Agustus 2023

Petugas mengevakuasi jasad seorang warga, setelah kapal bermuatan ratusan imigran gelap pecah di Crotone, Italia, 28 Februari 2023. REUTERS/Remo Casilli
Jumlah Imigran Gelap yang ke Italia Naik Dua Kali Lipat

Italia mencatat ada 89.158 imigran gelap yang tiba di Negara Pizza itu periode Januari sampai Juli 2023 atau naik dua kali lipat


PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

23 Juli 2023

Giorgia Meloni. REUTERS
PM Giorgia Meloni Mencoba Bangun Aliansi untuk Mengatasi Imigran Gelap

Giorgio Meloni berusaha membentuk aliansi luas negara-negara untuk mengatasi imigran gelap dan memerangi perdagangan manusia.


Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

1 April 2023

Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani (tengah) berbincang dengan salah satu Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal asal Malaysia setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis 4 Agustus 2022. Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) memulangkan 190 dari 3.200 PMI ilegal asal Malaysia dan selanjutnya dibawa ke Wisma Atlet untuk menjalani isolasi sebelum dipulangkan ke daerah asalnya. ANTARA FOTO/Fauzan
Malaysia Pulangkan 12.380 Migran Gelap, Kebanyakan dari Indonesia, Filipina, Myanmar

Malaysia akan memulangkan 12.380 warga negara asing karena melanggar aturan keimigrasian tahun ini.


Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

6 Maret 2023

Foufana Abou, warga negara Pantai Gading yang tinggal di Tunisia dan ingin dipulangkan, menunggu bersama warga Pantai Gading lainnya di dekat kedutaan Pantai Gading di Tunis, Tunisia 27 Februari 2023. REUTERS/Jihed Abidellaoui
Usir Imigran Ilegal Afrika, Presiden Tunisia Menolak Tuduhan Rasisme

Presiden Tunisia menolak tuduhan rasisme dan menunjukkan kemungkinan konsekuensi hukum bagi para pelaku serangan terhadap imigran ilegal.


PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

14 Desember 2022

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menghadiri acara Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 2022 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali, Selasa 15 November 2022. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf
PM Inggris Bakal Bertindak Keras terhadap Imigran Gelap: Cukup Sudah

Inggris berencana menggarap undang-undang baru untuk mencegah imigran yang melintasi Selat Inggris untuk tinggal di negara itu.


46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

28 Juni 2022

Warga berkumpul saat melihat lokasi ditemukannya puluhan orang tewas di dalam truk trailer di San Antonio, Texas, AS 27 Juni 2022.  REUTERS/Kaylee Greenlee Beal
46 Imigran Gelap Tewas di Kontainer, Petugas Menemukan Tumpukan Mayat

Petugas menemukan "tumpukan mayat" 46 imigran gelap dan tidak ada tanda-tanda air di dalam truk, yang ditinggalkan di sebelah rel kereta api


46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

28 Juni 2022

Petugas kepolisian berjaga-jaga di lokasi ditemukannya puluhan orang tewas di dalam truk trailer di San Antonio, Texas, AS 27 Juni 2022. Sedikitnya 42 orang ditemukan tewas di dalam sebuah truk trailer pada Senin di San Antonio, Texas, Amerika Serikat.  REUTERS/Kaylee Greenlee Beal
46 Imigran Gelap Tewas dalam Kontainer di AS, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong

Kasus kematian 46 imigran gelap dalam kontainer di San Antonio, terungkap setelah seorang saksi men dengar ada suara teriakan minta tolong.


50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

28 Januari 2022

Sejumlah TKI Ilegal yang dipulangkan dari Malaysia menunggu untuk menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Terminal Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 12 Juni 2020. Sebanyak 436 TKI Ilegal tersebut nantinya akan dipulangkan ke daerah asalnya di 22 provinsi. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
50 TKI Ilegal Indonesia Ditangkap Polisi Begitu Mendarat di Selangor

Polisi Malaysia menangkap 50 orang imigran gelap asal Indonesia ketika mendarat di pesisir Bagan Pasir, Selangor.