TEMPO.CO, Damasakus - Lakhdar Brahimi, utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, mengatakan situasi di dalam negeri Suriah kian memburuk. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam sebuah sesi wawancara untuk pertama kalinya dilakukan sejak bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad.
Menurut Brahimi kepada Al Jazeera, Suriah masih jauh dari harapan untuk melakukan reformasi, bahkan konflik di sana bakal tidak ada pemenanganya. "Poin paling penting yang saya peroleh di sana adalah situasinya sangat jelek dan memburuk, tidak ada perkembangan sama sekali," kata Brahimi kepada koresponden Al Jazeera, Jane Arraf di Amman, Yordania, Selasa, 18 September 2012.
Pendapat Brahimi ini disampaikan menyusul kunjungannya ke Turki untuk bertemu dengan para pejabat setempat dan pengungsi yang meninggalkan negaranya untuk menghidari konflik. Selama empat hari berada di Suriah, selain bertemu dengan Presiden Assad, Brahimi menyempatkan berkunjung ke kamp pengungsi di perbatasan Provinsi Hatay.
Turki yang menjadi markas para pemimpin Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan tuan rumah anggota kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah, menuduh negara tetangganya yang terletak di sebelah selatan itu adalah "negara teroris."
Pada Senin, 17 September 2012, sejumlah menteri luar negeri kawasan (Turki, Mesir, Arab Saudi, dan Iran) untuk Suriah yang tergabung dalam "Grup Kontak" setuju mengadakan pembicaraan di Kairo, Mesir, guna berkonsultasi membahas masalah Suriah di New York pada akhir bulan ini.
Diplomat top Mesir, Turki, dan Iran akan bertemu di Kairo dengan agenda pembahasan perkembangan di Suriah. Akan tetapi, Arab Saudi yang juga menjadi anggota grup menyatakan tidak hadir pada pertemuan tersebut. "Terlalu dini bila kami sampaikan sesuatu yang spesifik," kata Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammed Kamel Amr.
Turki, Arab Saudi, dan Mesir menginginkan Assad turun dari jabatannya, sedangkan Iran menuduh sejumlah negara termasuk Arab Saudi dan Turki membantu pemberontak menjatuhkan pemerintahan Assad.
"Grup Kontak memutuskan bertemu lagi di New York pada Sidang Umum PBB," kata Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammed Kamel Amr, usai mengadakan jumpa pers bersama dengan rekannya dari Turki dan Iran.
"Berharap cepat mendapatkan solusi dari satu pertemuan adalah tidak realistis. Kita mesti sabar," kata Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi, dalam jumpa pers. "Tetapi boleh saya sampaikan kepada Anda bahwa kami telah bersepakat terhadap banyak hal daripada membahas perbedaaan kami."
Salehi menambahkan bahwa empat negara memiliki peran besar untuk dimainkan. "Kami berharap dan Allah berkehendak, maka hasilnya akan memuaskan semua orang. Namun, hal ini perlu dibicarakan bersama."
AL JAZEERA | CHOIRUL