TEMPO.CO, San Fransisco -- Situs jejaring sosial Facebook diketahui menjalin kerja sama dengan perusahaan data untuk melacak para penggunanya. Perusahaan bernama Datalogix ini mencocokkan data dari perusahaan ritel dengan data pribadi pengguna yang terdapat di Facebook untuk mengetahui apakah pengguna itu benar-benar membeli produk yang diiklankan di jejaring sosial itu.
Facebook melakukan ini untuk memberikan informasi kepada para pemasang iklan apakah iklan yang dipasang di situs itu efektif atau tidak. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan advokat pembela hak sipil bahwa cara ini melanggar hak pribadi para pengguna,
Datalogix telah membeli data dari sekitar 70 juta penghuni rumah tangga di Amerika Serikat, yang dikumpulkan dari kartu loyalitas dan para pemrogram yang melayani sekitar seribu perusahaan ritel, seperti toko obat dan pedagang kelontong. Mereka mencocokkan alamat surat elektronik atau data identitas lainnya yang terdapat di akun Facebook dengan data dari kartu kredit.
Datalogix bisa melacak apakah seorang pengguna Facebook benar-benar membeli sebuah produk yang diiklankan di situs itu. "Kami terus-menerus mendengar dari orang pemasaran bahwa kami harus melakukan lebih untuk membantu mereka melakukan pekerjaan yang lebih baik," kata Brad Smallwook, Kepala Bidang Pengukuran Data Facebook.
Dari data yang dikumpulkan di perusahaan ritel dan Facebook, Datalogix lalu merancang pendekatan iklan, yang cocok untuk menyasar para pengguna dengan lebih efektif. Menurut perwakilan manajemen Facebook, perusahaan membayar Datalogix untuk pencocokan data ini. Sejauh ini ada 45 iklan yang telah dianalisis. Dari data ini, 70 persen kasus menunjukkan bahwa dari setiap satu dolar uang yang dikeluarkan, pengiklan meraup tiga dolar dari penjualan.
Jeff Chester, Direktur Eksekutif Center for Digital Democracy, mengatakan kelompok pembela hak asasi manusia mengkhawatirkan bahwa para pengguna Facebook tidak memiliki kontrol penuh atas datanya sendiri. "Seharusnya data ini hanya digunakan setelah mendapat persetujuan dari pengguna Facebook," kata dia.
CNN | BUDI RIZA