TEMPO.CO, Jakarta - PT Jamsostek (Persero) mengalokasikan dana Rp 4 triliun untuk menyerap obligasi yang ditawarkan pasar hingga akhir 2012. Menurut Direktur Utama Jamsostek Elvyn Massasya, hal ini sesuai dengan strategi perseroan yang memilih instrumen investasi jangka panjang.
"Porsi terbesar untuk obligasi, disusul oleh deposito berjangka, saham, reksadana, dan properti," kata dia selepas penandatanganan naskah kerja sama pembangunan rumah sakit buruh di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Senin, 24 September 2012.
Dalam tiga tahun terakhir, Jamsostek menyalurkan investasi pada obligasi sebanyak 46 persen, deposito berjangka 30 persen, saham 22 persen, reksadana 8 persen, serta properti 5 persen. Pada 2012, Jamsostek menganggarkan dana Rp 12 triliun untuk investasi dalam bentuk obligasi.
Elvyn mengatakan, pertumbuhan investasi obligasi tiap tahun mencapai 15 hingga 20 persen. Obligasi yang diserap di antaranya Surat Utang Negara serta obligasi korporasi. Ia mengatakan, obligasi yang akan dibeli minimal memiliki peringkat single A.
"Ada empat obligasi yang tengah kami pelajari, milik perusahaan negara maupun swasta," ujarnya. Pada 2012, Jamsostek menargetkan hasil investasi sebesar Rp 2,12 triliun. Kinerja perusahaan akan ditopang oleh dana kelolaan yang mencapai Rp 125,7 triliun.
JAYADI SUPRIADIN