TEMPO.CO, Jambi -Provinsi Jambi masuk ranking empat terbesar penyumbang titik panas (hot spot) di Indonesia, dengan total sejak Januari hingga 25 September 2012 mencapai 2.282 titik.
"Urutan teratas Sumatra Selatan, Riau dan Kalimantan Barat," ujar Kepala Bidang Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Penyakit Tanaman, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Sucipto, Rabu, 26 September 2012.
Menurut Sucipto, berdasarkan data yang ada, dari 12 provinsi di Indonesia yang diketahui terdapat banyak titik panas atau titik api selama 2012, meliputi Sumatra Selatan 5.447, Riau ada 4.387 titik, Kalimantan Barat 3.956, Jambi 2.282 titik, Kalimantan Tengah 2.276 titik, Kalimantan Timur 1.192 titik, Sumatra Utara 768 titik, Lampung 740 titik, Sumatra Barat 558 titik, Kalimantan Selatan 514 titik dan Nangroe Aceh Darussalam ada 553 titik.
Khusus di Provinsi Jambi, sebaran titik panas yang ada hampir terjadi ditiap kabupaten di daerah ini. Namun yang paling banyak terjadi diantaranya ada di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat, Muarojambi, Batanghari, Tebo dan Sarolangun.
"Sebagian yang terbakar adalah kawasan lahan yang biasa dikelola masyarakat. Indikasinya ada unsur kesengajaan, namun ada juga titik api yang ditemukan di kawasan areal penggunaan lain (APL) maupun di kawasan hutan konservasi," jelas Sucipto.
Jumlah titik panas di Provinsi Jambi sepanjang 2012 lebih banyak dibanding pada 2011 lalu yang jumlahnya tidak sampai 2.000 titik.
"Ini memang belum seperti yang diharapkan pemerintah pusat yang ingin menekan jumlah titik api 20 persen setiap tahun. Mengingat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya titik api, salah satunya adalah faktor manusia itu sendiri, seperti dengan sengaja membakar untuk pembukaan lahan," katanya menambahkan.
Prakirawati Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi Kurnianingsih, mengatakan, akibat kondisi kemarau serta kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Jambi selama tiga bulan terakhir menyebabkan terjadi kabut asap di Jambi. "Hingga hari Rabu ini memang terpantau kabut semakin pekat," ujarnya.
Kondisi itu, kata Kurnianingsih, disebabkan adanya kecepatan angin yang terpantau lemah atau "calm" sehingga menyebabkan kabut asap terkonsentrasi atau stagnan dan tampak pekat.
Meski kabut terpantau pekat, BMKG Jambi memperkirakan pada Rabu malam hingga Kamis, 27 September 2012, dinihari nanti akan terjadi hujan di Jambi dengan intensitas ringan hingga sedang.
"Prediksi hujan ini dikarenakan ada potensi awan diatas Jambi," katanya.
BMKG juga memprediksi kondisi kemarau di Jambi dan serkitarnya akan terjadi hingga awal Oktober 2012 mendatang. Musim hujan diperkirakan akan mulai terjadi pertengahan Oktober 2012.
Akibat musim kemarau selama hampir empat bulan terakhir diprediksi akan mempengaruhi pola tanam petani di Jambi.
Kondisi asap di Jambi yang terpantau semakin pekat, Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi baru bisa didarati satu pesawat. Sedikitnya lima pesawat hingga Rabu siang pukul 14.00 WIB terpaksa ditunda. Kondisi itu diperkirakan berlanjut karena jarak pandang di Kota Jambi dan sekitarnya hanya dibawah seribu meter.
SYAIPUL BAKHORI