TEMPO.CO, Riyad - Dua orang pria tewas dan dua lainnya luka-luka, Rabu, 26 September 2012, ketika pasukan keamanan Arab Saudi menggeruduk sebuah rumah untuk menahan seorang pria di Desa Awamiya, kawasan rusuh di Qatif. Penyerbuan ini mendapatkan protes kaum Syiah.
Menurut keterangan pemerintah, kejadian itu bermula saat pihak berwajib menahan salah seorang dari 23 pria yang didakwa sebagai pelaku kerusuhan di Qatif. Dalam kerusuhan di kawasan ini sejak November tahun lalu, sudah 15 orang tewas akibat bentrok dengan aparat keamanan.
"Dia dan rekan-rekannya menembaki pasukan keamanan, selanjutnya mendapatkan balasan dari aparat sehingga jatuh korban, dua orang tewas, dan dua lainnya cedera. Aparat berhasil menahan beberapa orang," demikian laporan kantor berita Saudi Press, Rabu, 26 September 2012, mengutip keterangan juru bicara pasukan keamanan pemerintah.
Pria yang dicari aparat keamanan, kata juru bicara, adalah Khaled Abdulkarim Hassan al-Labad. Sejumlah aktivis di Desa Awamiya, Qatif, mengatakan pria ketiga tewas di dalam mobil akibat luka-luka di bagian leher seperti diabadikan oleh beberapa fotografer.
Kelompok Syiah mulai berani melakukan demonstrasi untuk memprotes perlakukan diskrimasi sistematis terhadap mereka. Arab Saudi didominasi kaum Sunni. Menurut mereka korban tewas dalam kerusuhan di Qatif sesungguhnya adalah 15 orang, sedangkan yang ditahan pihak berwajib berjumlah puluhan, tidak termasuk yang hilang. "Penyebab kematian mereka akibat ditembak," kata para aktivis.
Otoritas Arab Saudi membantah telah melakukan diskriminasi terhadap kaum Syiah. Menurut otoritas Arab Saudi, penyebab kematian adalah karena terjadi adu tembak antara pasukan keamanan dengan para korban.
"Pasukan keamanan tidak akan ragu mengejar orang-orang yang dicari dan pembuat onar untuk ditahan," kata juru bicara. Seorang aktivis yang tinggal di kawasan Qatif mengatakan pasukan keamanan telah mematikan lampu jalan di Awamiya.
Protes yang dilakukan kaum Syiah Saudi disebabkan karena mereka tidak mendapatkan posisi penting di lingkungan hidup mereka. Bahkan tempat ibadah mereka dirobohkan pemerintah. Anak-anak muda harus berjuang keras mendapatkan pekerjaan. Selain itu, kaum Syiah menuntut pemerintah agar menghentikan ulama Sunni yang kerap mencaci mereka di depan umum karena dianggap melakukan bidah.
REUTERS | CHOIRUL