TEMPO.CO, Istanbul - Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan memberikan isyarat bersedia mengadakan pembicaraan baru antara negara dengan militan Kurdi. Pertemuan tersebut diharapkan dapat mengakhiri kekerasan separatisme di sebelah tenggara negara.
Pejabat-pejabat intelijen Turki telah melakukan kontak dengan tokoh senior Partai Pekerja Turki (PKK) dalam beberapa tahun ini guna mencoba mengakhiri konflik yang diklaim telah menewaskan lebih kurang 40 ribu orang.
"Mengenai Imrali, kemungkinan akan ada pembicaraan," kata Erdogan dalam sebuah wawancara di televisi dengan saluran Kanal 7, Rabu, 26 September 2012, mengacu kepada kepulauan di selatan Istanbul, tempat pemimpin PKK Abdullah Ocalan dipenjara.
"Ada dimensi militer dan keamanan dalam (tuntutan) pemisahan wilayah, namun ada pula dimensi diplomatik, sosio-ekonomi, dan dimensi psikologi," ujarnya.
Pernyataan Erdogan itu disampaikan setelah kelompok pro-partai Kurdi menyerukan diadakannya pembicaraan antara negara dengan PKK untuk mencegah meningkatnya kekerasan.
Bentrokan yang terjadi beberapa bulan ini antara pasukan keamanan Turki dengan militan PKK -disebut kelompok teroris oleh Ankara, Amerika Serikat, dan Uni Eropa- sangat berat dan menimbulkan banyak korban sejak kelompok ini angkat senjata 28 tahun silam. Ankara menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad mempersenjatai militan PKK. "Turki tak segan melakukan intervensi militer jika PKK tetap melancarkan serangannya dari wilayah Suriah," kata Erdogan.
Komandan tertinggi angkatan bersenjata Turki ini mengatakan dalam sebuah wawancara dengan koran, Rabu, militer juga memiliki kemampuan melancarakan operasi serangan berkelanjutan melawan PKK di utara Irak.
Sejak pemilu pada Juni 2011, konflik antara pasukan keamanan dengan PKK telah menewaskan 700 orang. Menurut catatan International Crisis Group, jumlah ini tertinggi dalam periode 15 bulan sejak Ocalan ditangkap dan dipenjarakan pada 1999.
REUTERS | CHOIRUL