TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan, Ajun Komisaris Besar Hermawan, mengatakan penyerangan sejumlah siswa SMA Negeri 70 terhadap siswa SMA Negeri 6, Senin lalu, 24 September 2012, dilakukan secara tidak terencana. Berdasarkan informasi penyidik, kata Hermawan, tersangka FR dan sejumlah rekannya menyerang secara spontan.
"Begitu melihat pelajar lain langsung terjadi perkelahian," kata Hermawan, Jumat, 28 September 2012. Dari keterangan saksi, kata dia, FR membolos dari ujian agama di SMA 70.
Hasil pemeriksaan sementara, polisi menemukan kecocokan antara darah korban dan darah yang melekat di celurit yang disita sebagai barang bukti. "Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa darah di baju korban identik dengan darah yang melekat di celurit," ujarnya.
Berdasarkan keterangan saksi, kata dia, celurit ini yang diduga dipakai oleh tersangka FR untuk menebas Alawy, siswa SMA 6. Saat penyerangan ini terjadi, seorang saksi mencoba merebut celurit yang dipegang oleh tersangka FR.
Pergumulan pun terjadi di antara mereka. Celurit dari tangan tersangka berhasil diamankan. "Kami belum tahu dari mana asal senjatanya," ucap Hermawan.
Saat ini tersangka FR masih diperiksa. Pengacara FR, Nazarudin Lubis, mengatakan pemeriksaan belum sampai kepada isi materi. FR mengaku terkejut terkait dengan tindakan kriminalnya Senin lalu. "Dia tidak menyangka akan seperti ini," kata Lubis. Menurut Lubis, tersangka FR menyerang sebagai bentuk solidaritas antarteman.
Sebelumnya, sejumlah siswa SMA Negeri 70 menyerang SMA Negeri 6, Senin, 24 September 2012. Siswa di kedua sekolah ini sudah sering terlibat tawuran. Dalam kasus yang terakhir itu, dua pelajar terluka dan satu pelajar tewas. Pelajar yang tewas itu adalah Alawy Yusianto Putra, kelas X SMA 6.
ADITYA BUDIMAN
Berita Lain
Begini Modus Pencurian Bagasi Pesawat
Dianggap Tak Tegas, SBY Panen Pujian di Luar Negeri
Siswanya Ditangkap, Kepala SMAN 70 Datangi Polisi
Hantu Tahanan Perang Dunia II Muncul di Borneo?
SBY Belum Berniat Panggil Kapolri