TEMPO.CO, Yogyakarta - Rumah seni Tembi Yogyakarta kembali menggelar Sastra Bulan Purnama ke-13 bertajuk "Membaca Geguritan Membaca Jawa" yang diselenggarakan pada Senin, 1 Oktober 2012 di Rumah Seni Tembi Bantul Yogyakarta.
Dalam kegiatan ini, setidaknya 16 penggurit dari Yogyakarta, Ponorogo, dan Bojonegoro akan tampil. "Mereka akan membacakan geguritan karya sendiri," kata koordinator Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro, Minggu, 30 September 2012.
Ons mengatakan, tema utama Sastra Bulan Purnama kali ini adalah memberi ruang pada karya geguritan sebagai bagian dari puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa yang kini masih bisa ditemui.
Di Yogyakarta dan beberapa kota lain, seperti Solo, Semarang, dan Surabaya masih mengenal penggurit, sebutan bagi sastrawan yang menulis geguritan. Sebanyak 16 penggurit yang akan tampil di antaranya Angger Sukisno, Agus Suprihono, Anthon Ys Taufan Putra, Bambang Nugroho, Bardikari Jatmiko, Betara Khawie, dan Budhi Wiryawan. "Usia para penggurit ini sebagian besar sudah di atas 30 tahun. Ada penggurit yang usianya sudah 60 tahun," kata dia.
Para penggurit ini tidak hanya menulis geguritan, tetapi juga menulis puisi, seperti Budhi Wiryawan, seorang penyair dan penggurit, yang sekarang menjabat sebagai ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bantul Yogyakarta.
Ada juga penggurit dan penyair yang sehari-hari berprofesi sebagai guru mata pelajaran matematika di SMP, yang dikenal dengan nama Krishna Miharja. Selain itu, ada pula penggurit sekaligus wartawan dan redaktur pelaksana dari sebuah harian di Yogyakarta, Joko Budhiarto.
Yang mungkin agak mengejutkan, ada seorang penggurit dari kalangan Tionghoa yang sehari-hari bekerja sebagai pengusaha dan memiliki toko di Jalan Malioboro, yakni Koh Hwat atau sering dikenal sebagai Handoyo Wibowo.
"Ini akan menjadi ruang bagi para penggurit yang setia dengan sastra Jawa dan tidak lelah terus menulis geguritan, meskipun media, khususnya cetak, seperti tidak pernah memberi ruang pada mereka," kata dia.
Ons mengatakan, hanya ada satu majalah berbahasa Jawa di Yogyakarta yang masih setia menampilkan geguritan. Media itu terbit seminggu sekali.
Dengan kondisi itu, Sastra Bulan Purnama Ke-13 ini ingin mendokumentasikan ruang pada geguritan untuk dibacakan sekaligus diterbitkan sebagai buku kecil, agar karya geguritan yang pernah ada ini tercatat.
"Para penggurit ini akan mengirimkan masing-masing tiga geguritan, menghadirkan tema beragam. Ada tema cinta dan ada yang merespons keadaan aktual sehingga geguritannya menyerupai kritik sosial," kata dia.
Selain menampilkan pembacaan geguritan, Ons Untoro menjelaskan, akan ditampilkan kelompok musik yang dikenal dengan nama Fombi, singkatan dari Forum Musik Tembi. Mereka akan menggubah puisi dan geguritan menjadi lagu.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terpopuler lainnya:
Ibu Rumah Tangga Luncurkan Buku Pantun Nakal
Album Suri/Sigmun/Jelaga Nyaris Ludes
Raisa Ukir Rekor MURI di Java Soulnation
Disko Ala Scissor Sisters di Java Soulnation 2012
SIPA 2012, The Heliosphere, Menari di Awang-awang