TEMPO.CO, Denpasar - Masyarakat Libya mengaku belum mengenal keunggulan produk-produk perikanan asal Indonesia. Karena itu, negara tersebut berharap Indonesia mau mempromosikan produk perikanan yang dimiliki ke negara yang berada di Afrika Utara ini.
Salah seorang anggota sidang Codex Committe on Fish and Fishery Products (CCFFP) ke-32 asal Libya, Toufik Hassan, mengatakan, tingkat konsumsi ikan di negara itu tergolong tinggi, mencapai sekitar 50-60 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan di Indonesia sekitar 30,5 kilogram.
"Indonesia bisa ekspor ke Libya, yang terpenting sosialisasi produk perikanan kepada kami, apa yang menarik yang bisa ditawarkan," kata Toufik di sela-sela sidang CCFFP ke-32 di Bali, Selasa, 2 Oktober 2012.
Selama ini, ia melanjutkan, Libya banyak mengimpor produk perikanan beku atau kalengan. Kebanyakan impor berasal dari Amerika Selatan untuk calamari atau udang beku. Selain Amerika Selatan, Libya juga banyak mengimpor produk perikanan dari Spanyol, Italia, dan Thailand.
Menurut dia, Indonesia bisa mengekspor produk perikanan berupa tuna kaleng. Alasannya, masyarakat Libya pasti akan menyukai ikan tuna. "Saya pernah dengar produk Indonesia ikan tuna kaleng, mungkin bisa ekspor ke kami," katanya.
Libya sendiri, disebutkan Toufik, memiliki garis pantai sepanjang 2.000 kilometer dan dilalui laut Mediterania. Karena itu, katanya, Libya mempunyai produk perikanan berupa sarden kaleng atau sarden beku.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung, menyatakan Indonesia tengah membuka jalan untuk menjajaki pasar ekspor baru dalam sidang Codex Produk Perikanan ke-32 yang diselenggarakan di Bali mulai 1-5 Oktober ini.
Ia menuturkan akan memanfaatkan peluang promosi dengan mendekati delegasi-delegasi Afrika Selatan dan Nigeria. Kedua negara ini dinilai bisa menjadi pintu masuk ekspor ikan kaleng sarden ke wilayah Afrika, termasuk Libya
Kementerian Perikanan, kata Saut, juga berupaya memperluas pasar ekspor ikan tuna kaleng ke Spanyol dan Portugal. Tidak hanya itu, Indonesia pun membidik pasar Eropa Timur, terutama negara-negara di luar Uni Eropa, seperti Rusia dan Ukraina.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengimbuhkan, Indonesia, sebagai negara penghasil sekaligus konsumen produk perikanan, akan turut aktif dalam kegiatan Codex untuk menjamin kesehatan serta menjalankan praktek perdagangan yang jujur.
"KKP akan mendorong standar produk perikanan agar memiliki mutu baik, berkesinambungan, dan berdaya ekonomis tinggi," ujarnya di hadapan delegasi Komite Codex.
Standar Codex mengatur perdagangan produk perikanan, antara lain ikan beku, udang beku, lobster beku, cumi-cumi beku, fillet ikan beku, tuna kaleng, udang kaleng, sarden kaleng, kecap ikan, dan sebagainya. Codex dibentuk dengan tujuan melindungi kesehatan konsumen, menjamin praktek yang jujur dalam perdagangan pangan internasional, serta mempromosikan koordinasi pekerjaan standardisasi pangan.
ROSALINA