TEMPO.CO, Denpasar - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo menyesalkan masih minimnya investasi di sektor perikanan. Padahal, investasi di sektor perikanan diyakini bisa mendukung program industrialisasi perikanan yang telah diprogramkan pemerintah.
"Dari segi produksi dan ekspor, produk perikanan kita mengalami peningkatan signifikan, tapi pertumbuhan investasinya masih kurang dari 5 persen," kata Sharif dalam Pencanangan dan Pembukaan Seminar Bulan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Bali, Selasa, 2 Oktober 2012.
Dia menjelaskan, secara umum, peningkatan hasil produksi, baik dari perikanan tangkap maupun budi daya, terus meningkat setiap tahun, rata-rata 10-20 persen. Begitu pun dengan peningkatan ekspor yang cukup signifikan sekitar 25-30 persen. Namun, dia masih prihatin dengan tingkat pertumbuhan investasi sektor perikanan yang belum mampu menembus angka 5 persen.
"Padahal investasi ini kunci jika industri ingin maju. Selain itu juga untuk peningkatan ekspor ke depannya," kata dia.
Menurut dia, rendahnya investasi perikanan ini akibat belum adanya dukungan perbankan. Perbankan, kata dia, masih banyak yang meragukan kemampuan industri pengolahan ikan untuk berkembang. Padahal, dia menambahkan, risiko gagal bayar pada perbankan bisa diturunkan dengan penggunaan teknologi baru atau yang lebih maju.
"Kita sudah punya peralatan sehingga bisa prediksi hasil perikanan tangkap. Saya katakan pada perbankan bahwa kami sudah buat terobosan-terobosan yang bisa dipertimbangkan, dan sudah yakinkan perbankan bahwa perikanan sudah menggeliat," katanya.
Rendahnya investasi ini, lanjutnya, berdampak pada rendahnya pasokan ikan ke industri pengolahan. Banyak industri pengolahan dengan pasokan ikan segar yang masih di bawah kapasitas industri.
Yang saat ini dilakukan pemerintah, kata dia, adalah memperbaiki kebijakan-kebijakan melalui peraturan menteri untuk memberikan rasa aman kepada investor agar mau berinvestasi di sektor perikanan. Dorongan melalui kebijakan juga dilakukan untuk mendorong para pengusaha dalam negeri agar mau mengembangkan skala usahanya dengan peningkatan nilai tambah yang berdaya saing tinggi.
Kementerian Kelautan, dia menambahkan, juga tengah menggenjot tingkat konsumsi ikan masyarakat. Saat ini, konsumsi ikan sebesar 31 kilogram per kapita per tahun, sementara tahun depan ditargetkan bisa menjadi 33,5 kilogram per kapita per tahun.
"Butuh keseriusan kita karena sebetulnya peluang itu sangat besar. Sumber protein dari ikan lebih besar dari sumber hewani lainnya," ujar dia.
ROSALINA
Berita ekonomi lainnya:
Produksi Tambang Emas Martabe Berhenti Sementara
Bulog Belum Tahu Beras Thailand Berarsenik
4 Ribuan Investor Yogyakarta Buru ORI 009
Inflasi September Terkecil dalam 5 Tahun Terakhir
Bumi Resources Paparkan Dugaan Penyimpangan Dana