TEMPO.CO, Cilacap - Kapal long line dengan bobot mati 80 gross tonnage itu baru saja bersandar pada Kamis pekan lalu. Tanpa komando, puluhan awak kapal langsung membongkar seluruh hasil tangkapan yang selama ini disimpan di palka kapal. Sesaat kemudian, ratusan ikan dengan bobot sekitar 1 ton pun berpindah dari kapal ke tempat pelelangan ikan.
“Hiu sekarang sudah susah dicari, jarang yang bisa menangkapnya. Terutama hiu putih yang saat ini mulai langka,” ujar Wasno, 50 tahun, pemilik kapal di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.
Selain hiu, pelayaran selama 15 hari itu membawa ikan lain, seperti cakalang, layur, dan marlin. Wasno menyatakan bahwa hiu bukanlah buruan utama. Hanya, sering kali hiu ikut tersangkut di jaring ikan yang mereka tebar. Sirip hiu harganya memang cukup mahal. Saat ini, harga sirip hiu bisa Rp 1,2 juta per kilogram. Sirip hiu banyak dicari pengepul untuk diekspor ke luar negeri.
Aris Munandar, 40 tahun, nelayan lain, mengatakan, hiu memang masih cukup banyak di Samudra Hindia, terutama jenis hiu putih. Hiu tersebut memang sangat ganas. Jadi, kalau mendapatkan hiu, kita harus berhati-hati. “Biasanya, ketika melaut dengan kapal long line dengan waktu hingga dua minggu, paling hanya mendapatkan kurang dari lima ekor,” katanya.
Selain hiu putih, menurut dia, hiu lain yang laku adalah hiu botol. Hiu botol siripnya kecil karena hanya sebesar kaki orang dewasa. Yang diambil adalah bagian hati ikan. “Hati hiu botol bakal menghasilkan minyak ikan,” katanya. Harga minyak itu cukup lumayan, mencapai Rp 150 ribu per liter.
Menurut Aris, tidak pada setiap musim bisa menangkap hiu. Apalagi hiu botol merupakan ikan yang hidupnya di lautan dalam. Biasanya, hiu botol akan muncul saat panen seperti sekarang. Nelayan Cilacap memang tidak secara khusus mencari hiu. Nelayan Cilacap lebih memilih ikan yang umum di pasaran. “Seperti saat ini, yang sedang musim ikan cakalang,” katanya. Dalam sehari, kata dia, sedikitnya 1 ton sirip hiu bisa terkumpul dari seluruh nelayan yang sandar di pelabuhan itu. Dia sadar, saat ini, jumlah ikan hiu terus menurun sehingga nelayan mulai tak menangkapnya. “Kebanyakan karena sudah tersangkut di jaring, tapi tidak sengaja.”
Di Cilacap, ada nelayan yang khusus berburu ikan hiu. Seorang di antaranya Ngatiyem. Dia adalah juragan ikan khusus para nelayan pemburu hiu. Ngatiyem pemilik SIS Group. Dia nelayan sekaligus pemasok ikan dari Cilacap. Di kabupaten ujung barat-selatan Jawa Tengah ini, setidaknya ada 10 nelayan yang khusus berburu hiu di lautan lepas. Ngatiyem mempunyai tiga kapal besar dengan ukuran 30 gross tonnage. SIS Group, kata Ngatiyem, melayani pembelian ikan asin, semua jenis ikan basah, pindang, serta sirip ikan hiu.
Rumah Ngatiyem di Jalan Swadaya Cilacap, tak jauh dari pelabuhan rakyat Cilacap, tampak begitu berantakan. Di sisi rumahnya berdiri bangunan besar, tempat anak buah Ngatiyem bekerja. Di dalam bangunan tersebut terlihat tong berwarna biru dan oranye tertumpuk di sudut ruangan. Selain itu, boks besar berukuran 2 x 2 meter tertata di sudut lain. “Boks itu untuk menyimpan hiu sebelum dijual,” katanya.
Di depan bangunan itu, ada lahan kosong yang digunakan untuk menjemur ikan. Ada puluhan sirip ekor hiu yang sedang dijemur berjejer rapi. Selain itu, ada puluhan tulang belakang yang sudah dipisahkan dengan daging hiu. Di teras bangunan itu, tampak beberapa pekerja menyiapkan kail khusus hiu. Ukuran kail hiu tentu berbeda dengan kail pada umumnya. “Kail ini khusus untuk hiu. Kalau mau beli, banyak kok di Cilacap,” ujar Baheng, pegawai Ngatiyem.
ARIS ANDRIANTO
Terpopuler:
Anwar Congo Protes Film ''The Act of Killing''
Pemerintah Belum Mau Minta Maaf atas Tragedi 1965
Wawancara Sutradara Film Jagal: Akting Anwar Congo
Pembuatan Film Jagal Menyakitkan Sutradaranya
Algojo Penumpas PKI Dibayar Rp 150 Ribu dan Beras