TEMPO.CO, Jakarta - Astri Nurdin, 34 tahun, bukanlah seorang penggila batik. Pemain film ini mengaku sekadar pencinta dan pengguna kain tradisional tersebut. Saat menghadiri acara Tribute to Batik Indonesia di Pasaraya Blok M, Jakarta, pekan lalu, ia tampil cantik dengan bolero bermotif batik cokelat. Bagian bawahnya ia padu dengan celana panjang cokelat muda. Bagian leher ia beri aplikasi bentuk dasi berbahan batik juga. Penggunaan batik seperti itulah yang biasa ia kenakan. Potongannya lebih modern dan siap pakai.
“Aku tidak pantas pakai yang formal,” katanya, 26 September 2012. Tapi, ia juga memiliki kain batik yang khusus untuk koleksi. Jumlahnya tiga lembar dan semuanya berasal dari Sragen, Jawa Tengah. Sampai sekarang ia tidak tahu itu harus diapakan. ”Sayang kalau dijahit dan ada yang nyisa (terpotong),” ujar Astri.
Artis dan presenter Deasy Noviyanti justru sebaliknya. Ia penggila dan sangat fanatik dengan batik. Semua karena kehidupan masa kecil yang ia habiskan di lingkungan perajin batik. Keluarga ibunya banyak yang berprofesi sebagai juragan batik. “Jadi saya akrab dengan hasil kebudayaan ini,” kata perempuan 32 tahun itu.
Koleksi batiknya cukup banyak. Tidak hanya yang berbentuk kain, juga ada yang dimofikasi menjadi seprai dan selimut. Ketika hadir di Pasaraya, Deasy mengenakan baju terusan batik selutut berwarna cokelat tua. Tubuhnya terlihat ramping meskipun ia baru saja melahirkan anak keduanya beberapa bulan lalu.
Gitaris band Padi, Piyu, punya cara unik untuk menunjukkan rasa cintanya kepada batik. Pria bernama asli Satrio Yudi Wahono itu memiliki mobil Mercedes-Benz dengan motif batik. Mobil tersebut ia dapat ketika perusahaan asal Jerman itu melakukan lelang sekitar dua tahun lalu. Piyu rela merogoh kocek Rp 1,5 miliar untuk mendapat mobil Mercy satu-satunya di dunia yang bermotif batik itu.
Mobil tersebut sekarang sedang dipamerkan di Pasaraya sepanjang bulan ini bersama dengan koleksi batik milik Astri dan Deasy. Presiden Direktur Pasaraya, Medina Latief Harjani, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari Hari Batik Nasional pada 2 Oktober. Selain ketiga artis tersebut, ada pula Happy Salma, Wulan Guritno, Syahrini, Rossa, Julia Perez, Rico Ceper, Putra Nababan, Tommy Tjokro, Alvin Adam, Rifat Sungkar, dan Sandiaga Uno yang ikut serta.
"Kami ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan mengoleksi batik,” kata Medina. Selain itu, Pasaraya juga ingin mendukung pengukuhan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Pengukuhan tersebut diberikan UNESCO sekitar tiga tahun lalu. Menurut Medina, pengakuan tersebut membuat batik semakin bisa diterima di masyarakat saat ini. Batik bukan sekadar kain yang bersanding dengan kebaya. Aplikasinya berkembang menjadi pakaian siap pakai hingga peralatan rumah tangga.
Pasaraya juga menghadirkan festival batik Pekalongan. Daerah di Jawa Tengah inilah asal mula Hari Batik Nasional. Kepopuleran batiknya sangat terkenal hingga mancanegara. Semua karena warna dan motifnya yang mudah diterima masyarakat. Pemakaian warna cerah seperti merah muda, hijau, dan biru sangat umum terlihat pada batik Pekalongan. Belum lagi motifnya yang sangat feminin, seperti buketan (karangan bunga), bunga, dan kupu-kupu. Pakaian formal maupun kasual bisa dipadukan dengan batik tersebut.
Selain di Pasaraya, di Jakarta Convention Center juga terdapat Pasar Indonesia. Acara produk unggulan mitra binaan dan wirausaha Bank Mandiri ini pada 3-7 Oktober ini akan menampilkan berbagai macam produk batik. Tidak hanya batik Pekalongan, di sana terdapat pula kain batik Salem-Brebes yang ditulis tangan. Bahan batiknya berasal dari sutra, katun, dan serat nanas. Motif batik tersebut sangat khas karena dominan bentuk sulir, seperti motif kangkung, kopi pecah, dan merak.
SORTA TOBING