TEMPO.CO , Seoul: Perjalanan ke empat istana utama di Seoul, kini singgah di Changgyeonggung. Istana Changgyeong berlokasi tepat di sebelah Huwon, secret garden. Jadi bisa sekaligus menjelajah dua istana (Changgyeonggung dan Changdeokgung), satu taman rahasia dalam satu pelangkahan. Meski bersebelahan, dibanding Changdeokgung dan Huwon, Changgyeonggung relatif sepi.
Siang terik, 29 Juli 2012 ketika saya berkunjung, terlihat sejumlah lanjut usia sedang duduk-duduk santai dan berbual di bangku taman. Lalu, tampak sesekali pengunjung muda bersliweran. Karena letaknya di bagian paling ujung, maka terkadang istana ini agak terlewatkan. Apalagi, pengunjung sudah lelah mengitari Changdeokgung dan Huwon yang lebih luas.
Baca Juga:
Selain tidak ada bentuk bangunan yang berbeda, juga tidak ada pemandangan yang lebih unik ketimbang Changdeokgung dan Huwon. Namun, bagi pecinta sejarah, istana ini sayang juga bila dilewatkan. Apalagi bagi pencinta astronomi.
Istana yang dibangun di era Dinasti Joseon ini diperuntukkan untuk tempat istirahat ayah dari Raja Sejong, yaitu Raja Taejong. Kemudian, di era kolonialisme Jepang, sempat menjadi kebun binatang dan taman botanical. Tapi jejak flora dan fauna tak terlihat di sini. Justru jejak astronomi yang menonjol.
Saya menemukan sebuah jam matahari, pengamat bintang, dan catatan perbintangan. Ternyata di kawasan ini terdapat observatorium yang dalam bahasa Korea disebut Gwancheondae. Pengamat bintang ala Korea atau yang disebut Soganoi, berada di dalam Gwancheondae. Soganoi awalnya berada di depan gerbang Istana Changdeok. Kemudian, di era kolonialisme Jepang dipindahkan ke Istana Changgyeonggung.
Alat ilmiah lainnya adalah piranti pengukur kekuatan angin. Alat ini dipercaya sudah berdiri sejak 1732. Bentuknya seperti pilar setinggi 2 meter dengan lubang di atas. Di dalam lubang yang sempit itu bisa diisi dengan bendera untuk mengukur arah angin dan kecepatan
Bergeser dari observatorium,terdapat ruang-ruang besar istana yang difungsikan sebagai balairung (Sungmundang, Gyeongchunjeon, Hwangyeongjeon, Yanghwadang, dan Tongmyeongjeon). Lalu, di dekat kolam Chundangji terdapat green house.
Dengan membayar sekitar 1.000 won (Rp 9.000), pengunjung bisa berkeliling seluruh Istana yang cukup 40 menit saja untuk menjelajah. Asal mau naik turun tangga dan berjalan cepat.
DIANING SARI
Terpopuler:
Kafe di Jepang Tawarkan Teman Tidur Cantik
Pia Bulan Ini Harganya Jutaan Rupiah
Santika Kembangkan Hotel di Singapura
Kuliner Bali Belum Populer di Hotel
Dibuka Lagi, Tangkuban Parahu Diserbu Wisatawan
Pulau Morotai Akan Dijadikan Cagar Budaya