TEMPO.CO, Tripoli - Parlemen Libya menggulingkan perdana menteri baru negara itu dalam mosi tidak percaya pada hari Minggu. Langkah ini merupakan pukulan terbaru untuk harapan atas faksi-faksi politik bisa menyepakati pemerintah yang ditugasi untuk memulihkan stabilitas setelah perang saudara tahun lalu.
Mustafa Abushagur adalah perdana menteri pertama yang terpilih setelah penggulingan Moammar Gadhafi tahun lalu. Dia mewakili sebuah cabang dari gerakan terlama anti-Gadhafi, dan dianggap sebagai calon yang dapat diterima untuk baik kelompok liberal dan Islamis.
Tapi kabinet bentukannya banyak menerima penolakan badan legislatif yang mewakili puluhan suku, yang banyak dari mereka merasa bahwa mereka berutang rampasan dari kemenangan atas Gadhafi. Seorang menteri utama terpaksa mundur di bawah tekanan.
Dalam sebuah pernyataan singkat di Libya melalui televisi al-Wataniyah setelah pemungutan suara, Abushagur mengatakan ia menghormati keputusan yang dibuat oleh Kongres Umum Nasional sebagai bagian dari demokrasi Libya. Namun ia memperingatkan ketidakstabilan jika waktu untuk memilih penggantinya tak segera dilakukan.
"Harus segera memilih perdana menteri dan pembentukan pemerintahan baru sehingga negara tidak tergelincir ke dalam ruang hampa," katanya.
Kongres akan memberikan suara pada perdana menteri baru dalam beberapa minggu mendatang. Sampai penggantinya dapat dipilih oleh parlemen, manajemen pemerintahan Libya berada di tangan legislatif.
GUARDIAN | TRIP B