TEMPO.CO, Jakarta- PSSI tidak hadir pada pertemuan dengan KONI Pusat dan PSSI versi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) di Kantor KONI Pusat, kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa, 9 Oktober 2012. Pertemuan antara dua kubu yang berseteru itu dengan KONI Pusat berhubungan dengan rencana pembentukan tim nasional menghadapi Piala Asia 2015.
“Saya selaku ketua KONI mengundang mereka supaya ada keharmonisan tim nasional untuk mewakili Indonesia mengikuti turnamen-turnamen yang menyangkut dengan agenda AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia),” kata Tono usai pertemuan itu.
Pertemuan itu, kata Tono, membahas bagaimana tim nasional akan dibentuk untuk menghadapi Piala Asia pada 2015 mendatang. ”Saya sebagai Dewan Pelaksana Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) harus menyiapkan timnas,” kata Tono.
Menurut Tono, timnas harus segera dibentuk supaya KONI Pusat dapat mengeluarkan surat keputusan tentang pemusatan latihan nasional (pelatnas). Tono ingin agar Komite Bersama (dari PSSI kubu Djohar Arifin maupun La Nyalla Mattalitti) mengusulkan nama pelatih dan pemain. Ia menargetkan pada bulan ini tim nasional sudah terbentuk.
Dari kedua kubu yang diundang, kubu PSSI La Nyalla datang diwakili Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia; Djamal Aziz, anggota DPR Komisi Olahraga; dan Togar Manahan Nero.
Tono menyangkan ketidakhadiran PSSI kubu Djohar, karena pertemuan itu sebagai tindak lanjut dari surat Presiden FIFA (Federasi Sepakbola Internasional). Surat itu, kata Tono, meminta KONI memberi dukungan agar agenda Komite Bersama berjalan lancar dan berhasil.
KONI Pusat akan mengundang PSSI kubu Djohar Arifin sekali lagi. Undangan kepada PSSI Djohar, kata Tono, akan dikirim segera minggu ini.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PSSI kubu Djohar, Halim Mahfudz, mengatakan pihaknya tidak dapat memenuhi undangan itu karena sibuk dengan kegiatan yang ada. Halim mengaku kemarinharus menerima tamu dari luar negeri yang telah dijadwalkan dua minggu sebelumnya. ”Sedangkan undangan dari KONI baru kami terima kemarin (Senin),” paparnya.
Perseteruan PSSI dengan KPSI berawal dari dibentuknya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) sebagai hasil rapat Forum Pengurus Provinsi PSSI pada 12 Desember 2011. Rapat yang dilaksanakan di Hotel Pullman, Jakarta, itu digagas Anggota Komite Eksekutif PSSI La Nyalla Mattalitti. La Nyalla mengklaim rapat itu dihadiri 452 anggota PSSI dari 27 provinsi.
Misi utama KPSI adalah menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) dengan agenda pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif. KPSI juga menyatakan mosi tidak percaya pada PSSI. La Nyalla kemudian terpilih sebagai Ketua Umum PSSI versi KPSI melalui Kongres Luar Biasa yang diadakan pada 18 Maret 2012. Komite Eksekutif PSSI versi Djohar Arifin menolak diadakannya KLB itu. Alasannya, tak ada satu pun statuta yang dilanggar pengurus PSSI sehingga KLB tak perlu dilaksanakan. Mengatasi konflik ini, AFC kemudian membentuk Komite Bersama yang telah melakukan rapat 20 September lalu di Kuala Lumpur, Malaysia.
GADI MAKITAN