TEMPO.CO, Spanyol - Tak ada senyum di wajah pelatih Rayo Vallecano, Paco Jemez, saat timnya menekuk Deportivo La Coruna dengan skor 2-1 dalam laga lanjutan La Liga di Estadio del Rayo, Ahad lalu. Sebab, meskipun berhasil meraih poin penuh, timnya menderita kerugian besar. Mereka mendapat delapan kartu kuning yang salah satunya berbuah pinalti.
"Delapan kartu kuning itu berlebihan," katanya tak bisa menahan geram. "Kalau memang pemain bermain terlalu keras dan wasit memperlakukan tim lawan dengan cara yang sama, kami bisa menerima. Kami mungkin hanya tim kecil, tapi pemain kami bukan orang-orang berengsek!"
Jemez memang geram setengah mati. Bayangkan saja, dalam tujuh pekan terakhir, mereka sudah mendapat lima kali sanksi penalti. Ini membuat timnya melorot ke peringkat 10 klasemen sementara La Liga dengan tujuh poin dari tujuh kali bertanding. Tertinggal jauh dari pemuncak klasemen Barcelona yang telah meraup 19 poin.
Wasit, kata Jemez, terlalu cepat mengambil keputusan sehingga tak jarang keputusan yang diambilnya keliru. Ia juga menuding wasit cederung membela tim-tim besar. "Sebagai tim kecil kami selalu berusaha tetap rendah hati," katanya. "Tapi wasit sepertinya lebih sering meniup peluit yang merugikan tim kecil seperti kami.".
Kinerja wasit La Liga memang tengah menjadi sorotan. Sampai pekan ketujuh ini, mereka telah mengeluarkan tujuh kartu merah. Tiga di antaranya dikeluarkan oleh wasit Muniz Fernandes saat memimpin laga Zaragoza kontra Getafe, pekan lalu.
Saat itu, wasit Muniz mengusir dua pemain Zaragoza, yakni Ndri Romaric dan Alvaro, serta seorang pemain Getafe, Abdel Barrada. Kartu merah untuk Alvaro berbuah pinalti. Di akhir laga, Zaragoza yang tampil di kandang sendiri kembali harus menelan kekalahan 0-1. Ini menjadi kekalahan ketiga dari empat partai kandang mereka.
"Kami tak percaya ini terjadi. Para pemain marah dan beberapa di antara mereka menangis di ruang ganti," kata pelatih Zaragoza, Manolo Jimenez. "Mereka lelah dengan realitas keras ini."
Mantan wasit terbaik La Liga, Juan Andujar Oliver, mengakui ada yang tak beres dengan sejumlah keputusan wasit dalam beberapa pertandingan di La Liga. Ia mencontohkan keputusan wasit Muniz memberi hadiah pinalti kepada Getafe adalah keputusan keliru.
Keputusan wasit lain yang menjadi kontroversi adalah pengusiran pemain Sevilla, Gary Medel, oleh wasit Mateu Lahoz. Lahoz memberikan kartu merah ke Gary Medel lantaran pemain gelandang itu dianggap menanduk Cesc Fabregas saat Sevilla menjamu Barcelona, dua pekan lalu.
Keputusan Lahoz segera menuai kontroversi karena Cesc tak benar-benar ditanduk. Komite Kompetisi Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) yang menelusuri kasus ini juga menilai Medel tak melakukan penandukkan. Meskipun begitu, RFEF tetap menilai terjadi kekerasan terhadap Cesc. Medel pun tetap mendapat skorsing untuk dua pertandingan ke depan.
Namun, tak semua korban kecerobohan wasit adalah tim gurem. Barcelona juga mengalami pahitnya kartu merah. Adalah pelatih mereka, Tito Vilanova, yang diusir wasit saat timnya menghadapi Osasuna di pertandingan kedua La Liga, akhir Agustus lalu. Ia diusir lantaran dianggap terlalu keras memprotes keputusan wasit.
"Pengusiran ini berlebihan karena saya tak mengatakan apa pun yang di luar batas," kata Vilanova. "Saya hanya bilang ke hakim garis bahwa ada pelanggaran yang sangat jelas dan dia menjawab 'jangan memprotes'. Rupanya hal itu cukup untuk mengeluarkan Anda dari pertandingan."
REUTERS | MARCA | SKY SPORTS | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Berita Terpopuler:
PSSI Sesalkan Sikap KONI
La Nyalla Tolak Arema LPI ke Liga Super Indonesia
Vilanova Uji Kesabaran Villa
PT Liga Indonesia Dorong Penyatuan Dua Arema
Besok, Rapat Unifikasi Liga Kembali Digelar