TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Pusat Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI), Siswadi, pesimistis jalur khusus untuk para penyandang cacat di trotoar Jalan Sudirman hingga Jalan Thamrin yang tengah dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal efektif.
“Selama ini, fasilitas untuk penyandang cacat, seperti tanda parkir bagi penyandang cacat, justru yang menggunakan bukan penyandang cacat,” kata Siswadi kepada Tempo, Ahad, 14 Oktober 2012. “Penyerobotnya seakan merasa tidak berdosa. Ini yang memprihatinkan, karena hilangnya sensitivitas,” ujar Siswadi.
Jalan khusus untuk penyandang disabilitas sepanjang 6 kilometer itu tengah dikerjakan. Dibangun di sisi barat pedestrian (trotoar) sejak Patung Pemuda, Ratu Plaza, Senayan, Semanggi, Bendungan Hilir, Dukuh Atas, Hotel Indonesia, hingga Bank Indonesia.
Pengamatan Tempo, antara Ratu Plaza sampai Senayan, para pekerja memotong bagian tengah trotoar dengan lebar sekitar 30 sentimeter. Bagian yang telah dipotong lantas dipasangi keramik ukuran 30 x 30 sentimeter. Karena jalan khusus ini untuk tunanetra, maka keramik yang berwarna kuning itu dihiasi beberapa tonjolan kotak-kotak. Maksudnya supaya para penyandang tunanetra menjadikannya sebagai panduan saat menggunakan tongkat.
Siswadi berharap penyerobotan tidak terjadi. “Jalan khusus itu harus dikawal betul oleh pemerintah dan masyarakat yang peduli kepada penyandang cacat,” ujar Siswadi. Sebagai ibu kota negara dan kota internasional, kata dia, sudah selayaknya Jakarta memiliki jalur atau pedestrian khusus untuk penyandang cacat.
“Karena jalur itu merupakan indikator nilai peradaban suatu masyarakatnya. Selain itu, ini merupakan salah satu bagian awal yang baik dalam implementasi Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Peningkatan Kesejahteraan Penyandang Cacat,” ujar Siswadi.
Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat Catharina Suryowati mengatakan, pembangunan jalan khsus penyandang cacat bertujuan meningkatkan kenyamanan pengguna trotoar yang memiliki kekurangan fisik, terutama mereka yang tunanetra atau menggunakan kursi roda.
Berdasarkan pengamatan, kata dia, kenyamanan penyandang cacat di trotoar selama ini masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Untuk penyandang tunanetra, jalan khusus yang dibangun akan berbentuk jalan dengan tonjolan-tonjolan besar di permukaannya. Fungsinya agar penyandang tunanetra dapat dengan mudah merasakan batas trotoar yang dilalui.
Sedangkan untuk pengguna kursi roda, jalan khusus yang disediakan lebih berupa jalur khusus di sisi-sisi kaveling. Dengan begitu, kata Chatarina, pengguna kursi roda dapat berjalan dengan leluasa tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya.
"Sebagai tambahan, di bagian patahan trotoar, kami berikan jalur tambahan agar perpindahan dari satu trotoar ke trotoar yang lain menjadi mudah. Jalurnya juga kami buat agak landai," ujar Catharina.
Catharina menambahkan, pengerjaan jalur khusus dengan dana hampir Rp 1 miliar itu sudah berjalan selama dua pekan. Targetnya, paling lambat, pengerjaan ini selesai di awal tahun 2013. “Paling cepat, dalam dua bulan pengerjaan ini sudah selesai,” kata dia.
ALI ANWAR | ISTMAN MP