TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2012 hanya sebesar 6,1 persen. Angka ini lebih rendah ketimbang target pemerintah sebesar 6,4 persen. Penyebabnya adalah ketidakpastian perekonomian di zona Euro dan kemungkinan kontraksi fiskal di Amerika Serikat.
"Ada risiko-risiko perlambatan perekonomian lebih lanjut di sejumlah mitra perdagangan utama Indonesia, seperti Cina," kata ekonom utama dan penasihat ekonomi Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiam Diop, dalam rilis Bank Dunia, Senin, 15 Oktober 2012.
Tindakan pemangkasan ini, menurut Bank Dunia, sebagai langkah menyeimbangkan pelemahan dunia internasional atas permintaan dalam negeri. Meski begitu, Bank Dunia memprediksi PDB akan meningkat menjadi 6,3 persen pada tahun 2013.
Menurut Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, meski perekonomian Indonesia menguat, Indonesia harus menjaganya dengan tetap mendukung iklim investasi. “Caranya dengan memastikan peraturan yang jelas dan konsisten, serta terus meningkatkan kualitas belanja pemerintah," ujarnya.
Ke depan, pemerintah harus siap menghadapi tantangan perekonomian, seperti krisis jangka pendek. Pemerintah juga harus mendorong pertumbuhan, seperti memperkuat investasi pada infrastruktur baru, keterampilan dan pendidikan, serta memperkuat perlindungan sosial.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai pertumbuhan ekonomi tinggi Indonesia belum masuk ke kategori overheating karena masih di bawah output potensialnya. "Tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini 6,4 persen pada triwulan II-2012, masih berada di bawah output potensial, yang menurut perkiraan sebesar 6,7 persen," katanya pekan lalu.
Overheating merupakan kondisi ketika sisi permintaan dalam perekonomian tumbuh sangat cepat dan melampaui kapasitas produksi nasional. Dari sisi domestik, kondisi ini tercermin pada tingginya tekanan inflasi fundamental dan dari sisi eksternal terlihat pada besarnya defisit transaksi berjalan.
Sejumlah indikator yang biasanya menunjukkan pemanasan ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi yang melebihi tingkat output potensial, kredit yang tumbuh tinggi dan harga aset yang terlalu tinggi (bubble). Untungnya, inflasi inti tercatat tetap rendah dan terkendali 4,16 persen pada Agustus 2012 atau masih di kisaran yang diprediksi Bank Indonesia sebesar 3,5 persen hingga 5,5 persen.
Bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini 6,4 persen dan meningkat menjadi 6,6 persen tahun depan. Kuatnya permintaan domestik, khususnya konsumsi dan investasi swasta, dinilai mampu mengkompensasi penurunan ekspor akibat dampak penurunan pertumbuhan ekonomi global.
AYU PRIMA SANDI
Berita ekonomi lainnya:
Jurus Mengatasi Pencurian Listrik
Cipaganti Masuk Bursa
Tahun ini ASDP Datangkan Lima Kapal
Kenaikan di Menit Terakhir Selamatkan Indeks
Kementerian Keuangan Pangkas Duit Perjalanan Dinas