TEMPO.CO, Surabaya- Bekas pemain Persebaya Surabaya, Anak Agung Rae Bawa, meninggal dunia karena sakit, Selasa, 16 Oktober 2012. Pria kekar berkumis tebal itu mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr Ramelan Surabaya sekitar pukul 15.30. Jenazah Rae Bawa dibawa ke rumahnya di Jalan Bendul Merisi.
Rae Bawa pernah membawa Persebaya juara kompetisi Perserikatan pada musim 1987-1988. Semasa menjadi pemain, ia menempati posisi sebagai pemain belakang. Posturnya yang tegap, rambut panjang, serta cambang lebat menjadi ciri khasnya kala itu.
Sebelum memperkuat Persebaya, Rae Bawa pernah memperkuat klub Surya Naga dan Niac Mitra. Di Niac Mitra ia seangkatan dengan Djoko Malis, Riono Asnan, I Wayan Diana, dan lain-lain. Setelah gantung sepatu, Rae Bawa bekerja di Perusahaan Daerah Air Minum Surabaya.
Budi Juhanis, rekan seangkatan Rae Bawa di Persebaya, mengenang almarhum sebagai sosok yang garang dalam bermain. Pemain lawan yang tidak kuat mental, kata Budi, jeri bila berhadapan dengan Rae Bawa. "Ia bek yang tangguh dan garang, sulit dilewati. Melihat tampangnya saja orang sudah takut," kata Budi saat dihubungi Tempo.
Namun, di luar lapangan, kata Budi, Rae Bawa adalah sosok pendiam. Dia jarang ikut bercanda seperti pemain-pemain lainnya. Setiap selesai bermain, Rae Bawa lebih senang menyendiri. "Sifatnya pendiam dan serius," kata Budi yang pernah dijuluki sebagai Ardiles-nya Indonesia.
Senada dengan Budi, Djoko Malis mengatakan bahwa Rae adalah pemain bola yang memiliki disiplin tinggi. Meski jadwal latihan baru dimulai pukul 15.30, Rae sering datang setengah jam sebelumnya. "Dia latihan sendiri, berlari-lari memutari lapangan," kata Djoko.
Djoko sempat satu tim dengan Rae saat memperkuat Niac Mitra. Keduanya juga pemain Niac Mitra yang dipanggil memperkuat tim nasional Merah Putih. "Dedikasinya di dunia sepak bola luar biasa," kata Djoko yang saat ini berdomisili di Jombang.
KUKUH S WIBOWO