TEMPO.CO, Jakarta - Kata-kata seperti cemungudh, ciyus, miapah, atau enelan beredar dalam pergaulan. Sebagian kalangan menyebut kata-kata ini sebagai bahasa alay dan seolah-olah muncul begitu saja. (Baca: Kenapa Istilah ''Ciyus'' ''Miapah'' Populer?)
Pengamat bahasa dari Universitas Diponegoro Semarang, Mujid Farihul Amin, mengatakan kata-kata itu dalam dunia akademik masuk kategori bahasa prokem. "Yaitu ragam bahasa Indonesia nonstandar atau bahasa gaul," katanya ketika dihubungi pada Rabu, 17 Oktober 2012.
Ragam bahasa ini, kata Mujid, sudah populer sejak zaman dahulu. Sayangnya, belum ada penelitian serius yang memetakan kapan ragam bahasa ini mulai populer di masyarakat. Pada era 1970-an, misalnya. Ketika industri film lokal muncul, ragam bahasa seperti ini pun beredar di kalangan masyarakat. Misalnya, gue dan lo.
Nah, pada masa sekarang, muncul kata-kata seperti kamseupay yang merupakan kepanjangan dari kampungan sekali uuuh payah dan kasian deh lu.
Kata-kata semacam ini biasanya hanya bisa dipahami di komunitas-komunitas tertentu saja. "Saya saja masih bingung dengan kata ciyus, miapah, dan sebagainya," Mujid berujar.
SYAILENDRA
Berita Lainnya:
Kenapa Istilah ''Ciyus'' ''Miapah'' Populer?
Berbikini, Novi Amilia Suka Lari-lari di Apartemen
Penyebab Novi Lepas Baju di Mobil Versi Psikiater
Seperti Apa Impian Jokowi Soal Metromini?
Identifikasi Pencuri dari Jam Tangan
Rute Monorel Diusulkan di Atas Busway