TEMPO.CO, Palopo - Keluarga Brigadir Anumerta Andi Sappa, anggota Kepolisian Resor Poso yang tewas Selasa malam, 16 Oktober 2012, mengaku tidak menerima kematian keluarganya secara tragis itu.
Kakak Andi Sappa, Amran, 32 tahun, menduga adiknya sengaja dijebak teroris di Poso. Faktanya, pada 8 Oktober 2012, beberapa jam sebelum dinyatakan hilang, Andi Sappa bersama rekannya, Brigadir Sudirman, menghadiri hajatan akikah di rumah seorang warga di Desa Lappe, Kecamatan Poso, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
"Setelah dari hajatan itu, kami kehilangan kontak. Padahal, saya sering berkomunikasi dengan adik saya itu," kata Amran.
Dia menduga adiknya dijebak dan sengaja dihabisi karena sepak terjangnya selama ini. Setelah lulus sekolah kepolisian, Andi kemudian ditempatkan di Satuan Brimob Polda Sulteng.
"Kemungkinan karena teroris jengkel, almarhum akhirnya dicarikan cara untuk dihabisi. Katanya, kalau almarhum dihabisi akan aman," kata Amran sedih.
Keluarga menyatakan kecewa dengan sikap polisi. Saat almarhum dinyatakan hilang, polisi tidak secara terus terang menyampaikan kepada istri almarhum, Indri. Polisi hanya mengatakan Andi Sappa tengah menjalankan misi rahasia. Keluarga besar Andi Sappa berharap polisi bisa menangkap pelakunya.
Andi Sappa lahir di Dusun Ponrakka, Desa Taba, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu, pada 1981. Dia meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.
Jenazah almarhum Brigadir Anumerta Andi Sappa tiba di rumah duka di Desa Taba, sekitar pukul 00.10 Wita, Kamis dinihari, 18 Oktober 2012 melalui jalan darat dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
MUHAMMAD ADNAN HUSAIN
Berita Lainnya:
Kronologi Bentrok Polisi vs Mahasiswa Pamulang
Bentrok di Universitas Pamulang, Lima Polisi Luka
6 Makanan Ini Bikin Hasrat Seksual Memudar
Polisi Poso Kepung Gunung Tamanjeka
MUI Kaji Fatwa Grasi Terpidana Narkoba