TEMPO.CO, Jakarta - Dalam dua tahun, nilai ekspor furnitur Indonesia ditargetkan mencapai US$ 2 miliar. "Sekarang nilai ekspor baru US$ 1,6 miliar," kata Ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Soenoto, di Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2012.
Menurut Soenoto, saat ini industri mebel Indonesia masih kalah dengan Cina dan Vietnam. Bila target sebesar US$ 2 miliar itu tercapai, Soenoto percaya Indonesia akan menyalip posisi Vietnam.
Hal itu dimungkinkan karena saat ini Indonesia telah berhenti mengekspor rotan sebagai bahan baku furnitur. Padahal, 90 persen rotan dunia berasal dari Indonesia. "Cina saja sekarang sudah kelabakan karena tidak dapat rotan," kata Soenoto.
Perkembangan industri furnitur, menurut Soenoto, sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Ia menyebutkan, 90 persen produk furnitur di Indonesia dihasilkan oleh industri kecil yang banyak menyerap tenaga kerja. "Kasarnya, ekspor US$ 1 miliar akan menyerap 1,2 juta tenaga kerja," ujarnya.
Upaya yang dapat dilakukan pengusaha saat ini adalah rajin mengikuti berbagai ajang pameran untuk berpromosi, termasuk di Trade Ekspor Indonesia. Di ajang yang diikuti sekitar 1.300 eksportir itu, furnitur Indonesia tampaknya berhasil menarik perhatian pengunjung, salah satunya Menteri Perdagangan dan Perindustrian Liberia Miata Beysolow. "Bagus sekali. Di masa depan, kami mungkin akan menjajaki kerja sama dengan para pengusaha terampil ini," ujarnya.
PINGIT ARIA
Terpopuler:
Direktur Standard Chartered Mundur Akibat Bumi?
Menkeu Enggan Komentari Penjaminan Monorail
2014, Bojonegoro Bisa Jadi Texas-nya Indonesia
Digugat Pailit, Humpuss Akan Ajukan Proposal Damai
Danamon Raih Laba Bersih Rp 2,99 Triliun