TEMPO.CO, Purwokerto- Petikan wawancara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh dengan seorang wartawan media online disebarkan. Tempo mendapatkan salinannya dari Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ibnu Hamad.
Berdasarkan transkip wawancara tersebut, Ibnu mengatakan bahwa konteks pembicaraan tersebut bukan atas nama AS, korban perkosaan itu. “Kami jamin pernyataan Pak Menteri bukan dalam konteks kasus SA,” kata dia usai melakukan sosialisasi UU Pendidikan Tinggi di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jumat 19 Oktober 2012.
Ia mengatakan perkataan Menteri M Nuh disalahartikan dalam konteks pemberitaan kasus SMP Budi Utomo melarang siswinya bersekolah karena menjadi korban pemerkosaan. Menurut dia, Menteri Nuh bukan menuduh SA.
Ia menyatakan telah menyebarkan transkrip wawancara ke beberapa media sebagai bahan klarifikasi. Dalam lampiran klarifikasi yang diterima disimpulkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah melakukan pemeriksaan di lapangan dengan mengkonfirmasi Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Depok, Didi Suryadi dan Kepala SMP Budi Utomo Depok, Renata Parhusip.
Dari hasil kesimpulan, kata dia, SMP Budi Utomo Kota Depok tidak pernah mengeluarkan atau mengusir SA dari sekolah, dan mereka tetap mau menerima SA sebagai murid. Bahkan, kata Ibnu, SMP Negeri 4 Depok bersedia menerima SA sebagai murid. Tetapi, belum ada respon dari pihak keluarga. "Jadi sebenarnya masalah ini sudah beres," kata dia.
Berikut transkrip wawancara tersebut:
Wartawan : Si korbannya? Ngga sengaja, ketemuan di facebook terus perkosaan. Sengaja berarti sengaja diperkosa pak?
Mendikbud: Soalnya kadang-kadang ada yang sama-sama senang ngakunya diperkosa.
Wartawan : Diperkosa Pak
Mendikbud: Kok tahu sampeyan
Wartawan : Dari korbannya pak
Mendikbud : Tanya sama yang mengorbankan, yang mengorbani, itu yang susah, tapi kalau dia benar korban harus kita lindungi kita pulihkan traumatiknya. Hak-haknya pun juga kita siapkan, kasihan dia. Ga boleh. Sudah kena musibah terus sekolahnya pun juga tidak selesai kan kasihan. Harus kita lindungi mereka.
ARIS ANDRIANTO