TEMPO.CO, Seoul - Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, ada banyak cerita tentang Namsan, gunung setinggi 262 meter di pusat Kota Seoul.
Pada masa itu, paranoia tentang aktivis shenanigan dan spionase Korea Utara sangat kental. Istilah "pergi ke Namsan" adalah sebuah eufemisme untuk mengartikan sebagai "diseret ke markas CIA untuk ditanyai". Rumor menyebutkan, "ditanyai" melibatkan proses interogasi penuh penyiksaan, dan mungkin kematian.
Baca Juga:
Bertahun-tahun sesudahnya, gedung itu difungsikan sebagai kantor badan intelijen Korea Selatan, setelah dibeli oleh pemerintah Seoul pada tahun 1995 sebagai bagian dari kampanye yang ditujukan untuk "mengembalikan Namsan pada keadaan semula".
Namun, warga Seoul menginginkan lebih. Akhirnya, bangunan senilai US$ 6.323.114 yang dulu paling ditakuti itu dialihfungsikan.
Hasilnya? Sebuah hotel 67 kamar berharga murah yang kini dilabel sebagai International Seoul Youth Hostel dibuka pada tahun 2006. Hotel itu dapat menampung total 383 tamu per malam.
Meskipun murah, hotel ini hanya dikerling sedikit wisatawan. Itu pun kebanyakan wisatawan lokal, dan hanya 15 persen wisatawan asing.
"Saya pikir persentase orang asing datang ke hotel ini rendah karena kurangnya promosi dan pemasaran," kata Lauren Suk dari divisi hubungan pers pemerintah Seoul. "Kami benar-benar berharap pada masa depan bisa berubah menjadi seperti YMCA of Hong Kong, dengan mengakomodasi sejumlah besar turis, dan bisa mendapatkan keuntungan dari lokasi ini dengan biaya rendah."
Saat ini, sebagian besar tamu adalah kelompok sekolah Korea dari provinsi lain. "Kami tidak mendapatkan pelancong bisnis asing dari waktu ke waktu," kata manajer Kyung-Seop Park.
Padahal, meski berbiaya murah, hotel ini memiliki perabotan modern yang lengkap. Karena letaknya di dataran tinggi, hotel ini menawarkan pemandangan Kota Seoul yang menawan. Biaya bermalam di tempat ini hanya 19 ribu won.
Salah satu alasan warga enggan menginap, barangkali karena lokasinya yang jauh. Stasiun kereta bawah tanah terdekat sekitar 20 menit berjalan kaki. Jalannya sedikit mendaki.
Namun, bisa jadi, keengganan untuk menginap di sana juga dipengaruhi cerita mistis. "Siapa yang tahu apa yang terjadi di balik pintu?" kata seorang pria Korea berusia 70-an tahun. "Mengapa Anda ingin tinggal di sana?"
Apalagi gedung ini dulu dikenal sebagai lokasi penyiksaan. Tak jelas berapa jumlah yang tewas saat diinterogasi karena memang tak ada data tentang itu.
Namun hal ini ditepis seorang pegawainya. "Kami memiliki beberapa regu investigasi dan keamanan di gedung ini," katanya. "Siapa pun yang mengatakan apa pun tentang hal itu adalah konyol. Itu hanya sebuah bangunan kantor biasa."
CNN | TRIP B